Satu lagi alat ukur dasar yang sangat diperlukan oleh para Amateur Radio ataupun Homebrewer yang bekerja pada Rafio Frequency adalah SWR Meter atau kadang ada yang menyebut dengan lengkap VSWR Meter.
Sebelum membicarakan cara membuat SWR/VSWR meter ini, supaya kita sedikit memiliki bekal knowledge tentang SWR/VSWR dalam dunia per-radio-an ini akan disinggung tentang SWR/VSWR.
SWR atau lebih lengkapnya VSWR adalah singkatan dari Voltage Standing Wave Ratio, atau kalau diterjemahkan secara bebas adalah, Perbandingan Tegangan Gelombang Berdiri. Mungkin kata “berdiri” di sini akan menimbulkan kesan atau pertanyaan tersendiri.
Gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh sebuah transmitter RF yang dilalukan sebuah transmisi line (misal: cable coax, feeder, dll) tidak lagi memiliki bentuk sebagai sinyal sinusoidal yang sempurna, namun mirip dengan sinyal sinusoidal yang telah disearahkan oleh sebuah diode rectifier, dimana porsi negatif dari sinyal sinusoidal dibalik menjadi positif semua, makanya kesan pertama yang bisa dilihat oleh para researcher saat itu adalah berdiri atau “Standing Wave”.
Sifat dari gelombang elektromagnetik ini adalah dapat terpantul (reflected) bila menemui impedansi yang tidak sama (matched) dengan impedansi saluran transmisi yang dilaluinya. Sesuai dengan kaidah “Setengah Daya Maksimum”, dimana daya di beban akan maksimum pada saat impedansinya sesuai dengan impedansi saluran transmisi. Atau dengan kata lain, tidak ada gelombang terpantul yang kembali ke saluran transmisi, yang mengakibatkan transceiver menjadi saturasi atau efeknya transistor final akan “jebol”.
Pada kondisi impedansi antenna dan impedansi saluran transmisi tidak sesuai (matched), biasanya ditunjukkan dengan VSWR > 1, maka beberapa efek berikut akan dirasakan:
- Daya RF yang sampai di antenna tidak optimum, sehingga pancaran tidak akan jauh/optimum.
- Bercampurnya gelombang maju (forward) dan gelombang pantul (reflected) kemungkinan akan mempengaruhi kualitas suara pancaran, mungkin saja terdengar parau atau tidak bulat.
- Nilai VSWR yang terlalu tinggi (VSWR > 2), akan membuat RF Linear Amplifier mengalami saturasi, yang biasanya terasa “over heating” dan bila dibiarkan terus-terusan akan membuat rusak komponen di Final.
Dalam notasi matematis, VSWR atau SWR tidak memiliki dimensi karena merupakan perbandingan 2 buah variable yang berdimensi sama (voltage). Dengan rumus sebagai berikut:
SWR = [1 + Rc] / [1 – Rc]
Dimana:
- RC = | [ZL – Zo] / [ZL + Zo] |
- ZL = impedansi input antenna (beban)
- Zo = impedansi saluran transmisi (coax, feeder, dll)
- Bila ZL atau Zo merupakan bilangan imajiner atau khayal, maka ZL atau Zo ini merupakan magnitudo dari bilangan tersebut.
Kita ambil contoh:
Contoh 1: Zo (Transmittion Line) = 50 Ohm, ZL (Antenna) = 50 Ohm
Maka, RC = [50-50]/[50+50]=0, maka SWR=[1+0]/[1-0]=1 (kondisi ini disebut matched)
Contoh 2: Zo = 50 Ohm, ZL = 100 Ohm, maka SWR = 2
Contoh 3: Zo = 50 Ohm, ZL = 25 Ohm, maka SWR = 2
Sebuah antenna dipole 1/4 lambda (masing-masing sayap panjangnya 1/4 lambda, total kedua sayap 1/2 lambda) memiliki impedansi input yang hampir murni dengan nilai mendekati 50 Ohm, makanya antenna ini akan memberikan pembacaan VSWR atau SWR mendekati 1 (matched).
Setelah refreshing di atas saya akan ceritakan pengalaman saya melakukan modifikasi total atau bisa dikatakan merakit sebuah SWR meter dengan bahan-bahan yang sangat mudah diketemukan di kotak komponen kita.
Awal mulanya saya pernah membeli sebuah SWR meter buatan lokal dengan harga yang sangat miring yaitu hanya Rp.125.000,- saja. Pertama saya penasaran dengan kemampuan SWR meter ini. Sampai rumah saya langsung mencobanya dengan menggunakan batuan homebrew RF dummy load saya, pada band HF (0.3 – 30MHz) dan VHF (145 MHz).
Hasilnya, untuk kedua band tersebut, dengan RF Dummy Load yang sama, menghasilkan sebuah angka yang sama pula, SWR = 1.5. Yang lebih mencengangkan, saat RF Dummy Load saya lepas (hati-hati melakukan ini, pastikan power output < 10 Watt saja, kalau tidak transistor final anda menjadi taruhannya), hasilnya tetap SAMA. Akhirnya saya putuskan untuk melakukan modifikasi, sehingga alat ukur ini tidak sia-sia saya beli.
Langkah awal yang saya lakukan adalah melakukan searching ke NET untuk mencari referensi rangkaian SWR lain yang mudah dibuat dan dapat masuk dalam box SWR tersebut. Akhirnya saya pilih rangkaian berikut (lihat skema). Rangkain tersebut menggunakan “directional coupler” yang sangat konvensional yaitu menggunakan kabel coax yang berimpedansi 50 Ohm, bisa menggunakan RG-58 atau RG-8, perbedaanya RG-8 bisa menghandle daya yang lebih besar dibanding RG-58. Saya menggunakan RG-8, sepanjang 12-an cm.
Untuk rangkaian pencuplik sinyal RF (RF sampler), saya memakai diode germanium (lupa tipenya, namun semua tipe diode bisa digunakan, bedanya sensitivitas pengukuran saja), namun harus dipilih 2 diode yang hampir identik caranya, begini:
- Cari 2 buah diode yang sama persis tipenya, misal 1N60, 1N4148,dll
- Dengan menggunakan multimeter, pilih pengukuran diode, cari 2 diode dengan impedansi majunya (forward resistif) hampir sama.
Sebagai penyeimbang jembatan SWR, saya menggunakan resistor trimpot 100 Ohm (biru kotak) yang saya paralel dengan resistor 50 Ohm, sehingga bisa swing antara 0 – 33 Ohm, pada kondisi seimbang menunjukkan angka sekitar 30-an Ohm. Resistor paralel dengan nilai 50 Ohm tersebut bisa diganti dengan nilai yang lain, ini dilakukan untuk menambah sensitivitas harga resultan resistif. Do “Trial & Error … for this”.
Kita perlu menambahkan sebuah trimpot sebesar 50K secara serial antara R5 dan R7 (sebut saja trimpot ini sebagai reverse adjuster) sebagai kompensasi ketidakidentikan rangkaian sampler yang dibangun oleh diode dan kapasitor di dua sisi, untuk sampling “forward wave” dan “reverse wave”.
Rangkaian SWR meter yang saya gunakan adalah seperti pada gambar, cukup sederhana, baik konstruksinya maupun cara kerjanya. Perlu saya catat disini, proses merangkai SWR meter ini tidaklah kritis, demikian juga pemilihan bahannya.
Cara Kerja Rangkaian
Cara kerja rangkaian ini adalah, pertama melakukan pencuplikan (sampling) terhadap kedua gelombang berdiri araf forward dan reverse. Selain mencuplik, diode tersebut berfungsi juga sebagai penyearah (rectifier), kemudian “shunt” kapasitor menahan laju gelombang tersebut dari AC menjadi DC. Tegangan DC ini menimbulkan arus DC pada kedua titik pengukuran, yang kemudian dibandingkan keduanya ke dalam sebuah DC ampere meter.
Cara Alignment Rangkaian
1. Putar trimpot reverse adjuster ke posisi minimum, artinya tidak ada redaman terhadap arus menuju DC ampere meter reverse.
2. Atur trimpot penyeimbang jembatan pada posisi tengah.
3. Atus posisi potensiometer forward dan reverse pada posisi maksimum.
3. Pasang RF Dummy Load dengan Watt secukupnya, lebih baik watt-nya lebih besar dibanding RF output dari transmitter.
3. Pasang Transmitter dengan power secukupnya untuk membuat jarum forward mendefleksi secara penuh (5 Watt sudah cukup), dengan modulasi AM, FM atau CW.
4. Lakukan adjustment pada potensiometer forward dan reverse sampai jarum forward tepat pada skala maksimumnya.
5. Lakukan adjustment pada trimpot penyeimbang jembatan sampai jarum reverse mencapai titik minimum.
6. Lakukan adjustment pada trimpot reverse adjuster sampai jarum reverse menyentuh skala NOL.
7. Bila perlu ulangi langkah 4 s/d 6, sampai benar-benar OK. Namun hati-hati jangan terlalu lama menyalakan transmitter, dan selalu periksa apakah RF dummy load tidak over-heating.
8. Selamat, anda sudah menyelesaikan penalaan dengan sempurna. Tutup directional coupler dengan box yang telah dibuat.
Cara Menggunakan SWR Meter
1. Atus posisi potensiometer forward dan reverse pada posisi maksimum.
2. Pasang antenna anda pada jack yang disediakan.
3. Pasang Transmitter dengan power secukupnya untuk membuat jarum forward mendefleksi secara penuh (5 Watt sudah cukup), dengan modulasi AM, FM atau CW.
4. Amati defleksi pada jarum reverse. Secara kasar korelasi antara jarum forward dan reverse dengan SWR adalah sebagai berikut:
5. SWR meter ini aman digunakan untuk QSO walaupun tetap terpasang pada saluran transmisi, namun ada RF power yang hilang beberapa dB dalam rangkaian directional coupler dan loss connector, namun kita dapat terus mengamati SWR kita sambil QSO.
6. Pastikan SWR < 2, untuk keamanan pesawat anda, daya pancar yang tidak optimum, kemungkinan interferensi, dll.
Okay, mudahkan membuat SWR meter. See U again !
145 comments
Comments feed for this article
November 16, 2008 at 11:31 pm
Bejo
wah jadi penasaran, pasti mereknya SWR mal**l kayak yang aku punya, SWR nya memang ngaco. Oh ya kalau mengenai komponen2 yang nempel yang ngatur masalah daya, (ada 2 trimpot yang masuk ke switch 12 watt dan 240 watt) berarti tidak di gunakan atau bagaimana pemgembangannya, soalanya waktu saya perhatikan rangkaian kabel yang masuk ke potensio VR bingung sekali. Mohon pencerahanya.
terima kasih.
November 17, 2008 at 4:58 pm
YD1CHS
Salam kenal OM Bejo …
Mungkin penampilan SWR meter tersebut banyak yang menyerupai, namun saya sengaja tidak tampilkan di sini.
RF Power meter yang dicoupling dengan sebuah capacitor ceramic tersebut boleh dipakai boleh dilepas, kalau saya tetap saya pakai, walaupun tidak akurat, namun cukup untuk membayangkan berapa RF power transmisi kita. So, monggo pilihan OM Bejo …
Sebagai catatan, saya sudah melakukan modifikasi 2x, yaitu milik saya sendiri dengan menggunakan directional coupler RG-8, hasil cukup OK. Dan satu lagi milik rekan amatir lokalan saya, tapi saya menggunakan kabel RG-58A/U, hasil juga OK, but pada saat SWR=1, jarum reverse-nya nggak bisa nyender sampai angka 1, yah mungkin sekitar 1.05 -an lah, tapi cukup bagus. Mungkin ini disebabkan, RG-58AU memiliki impedansi 52 Ohm, tidak tepat 50 Ohm.
Demikian OM Bejo … semoga membantu !
December 7, 2008 at 10:39 pm
Untung
“Sebuah antenna dipole 1/2 lambda memiliki impedansi input yang hampir murni dengan nilai mendekati 50 Ohm”
Mas yang bener 1/2 apa 1/4 lambda ya?
saya mau bikin antena 3G, kalo menurut perhitungan menggunakan perhitungan antena kaleng, panjang dipolenya 1/4 lambda, dari situ langsung diumpankan ke konektor antena. berarti impedansinya dah match.
mohon pencerahan
terima kasih
December 9, 2008 at 8:03 am
YD1CHS
Dear OM Untung …
Hehehe sorry maksudku … dipole 1/4 lambda (bila total kedua sayapnya diukur dapatnya 1/2 lambda) …
Thanks yaa diingatkan, memang agak rancu yah, namun benar OM Untung, generik penamaan dipole dimaksud adalah 1/4 lambda, langsung ku ganti yaa di artikelnya.
Benar OM, 1/4 lambda dipole memiliki input impedance yang mendekati 50 Ohm, namun ia memiliki distribusi arus balance, kalau kabel coax memiliki distribusi unbalance. Nah bila antenna dipole langsung difeed dengan coax tanpa balun (balanced to unbalanced), maka akan ada arus bocor (leak) di jacket ground coax, hal ini berakibat rusaknya pola radiasi dari antenna dipole dimaksud, yang sebelumnya berbentuk donat sempurna, maka donatnya menjadi tidak sempurna (bejal-benjol) gitu loh … hehehe, namun tidak mempengaruhi harga dari input impedance antenna, so that, antenna tetap akan matched di 50 Ohm.
Demikian OM Untung, sekali lagi thanks yaa feedbacknya.
Regards
YD1CHS
December 19, 2008 at 11:40 am
fahmi
sekedar masukan kalau jarum swr (reflect) gak bisa nol (z=50 ohm) , nilai trimpot 100 ohm bisa di paralel dengan trimmer 30/60 pf, langkah pertama putar trimpot sampai defleksi minimal, trus putar trimmer sampai defleksi nol, agar swr lebih presesi, buang R4 dan R5 yang kearah Vu meter (jangan ada hambatan)
January 3, 2009 at 8:31 am
YD1CHS
Dear OM Fahmi,
Thanks atas inputannya, mudah-mudahan Rekan yang membaca artikel ini dapat mengaplikasikannya.
73 de YD1CHS
January 4, 2009 at 6:48 pm
Hendriono
Aku mau coba dulu ah… makasih mas infonya…. langsung ambil solder, potong kabel RG8, nunggu solder panas, ngeroko sambil ngopi….
January 8, 2009 at 7:42 pm
sammy
pusing..pusink..pusink…pusink….
tolong tulisin list benda2nya,
sama yang mana di solder kemana aja deh om….hehehe…
January 9, 2009 at 7:25 am
YD1CHS
Dear OM Sammy,
OM bisa perpatokan kepada circuit diagram (click untuk memperbesar), nah cuman itu kok, jadi cukup mudah, dan bagi para beginner sekalipun tidak ada masalah, sebab SWR Meter ini beroperasi masih dalam frekuensi yang rendah (HF), jadi konstruksinya tidaklah terlalu kritis.
List of Materials
1. Diode 1N4148 (menggunakan diode sthocky akan lebih sensitif pembacaannya, cuman diode jenis ini belum tentu mudah ditemukan di seluruh kota Indonesia) – 2 buah (D1 & D2)
2. Coax RG-58 atau RG-8 kira-kira 12-13 cm, kupas ujung-ujungnya dan solderkan pada socket antenna, kupas juga tengah-tengahnya namun jangan sampai merusak jalinan kabel ground.
3. R1 VR 100 Ohm diparalel dengan Resistor 1/2W 50 Ohm, supaya rentang defleksinya bisa antara 0-33 Ohm secara halus. Usahakan menggunakan VR yang kotak warna biru, karena kuat dan mudah diadjust secara halus.
4. C1 & C2 kapasitor keramik 330pf atau yang mendekati, C3 & C4 kapasitor keramik/ milar 100nF atau mendekati.
5. R2 & R3 resistor 1/2W 1K Ohm.
6. R4 & R5 1/2W 10K Ohm, bila ingin hasilnya lebih sensitif tidak usah dipasang.
7. R6 & R7 adalah potensiometer dual gang atau biasa disebut potensiometer stereo dengan nilai 100K Ohm.
8. 2 buah miliampere meter (atau dipasaran biasa disebut VU display), jangan yang milivolt meter ya, mereka beda, namun milivolt meter sebenarnya juga ada miliampere meter, namun rangkaian pendukungnya harus kita hilangkan dulu.
Rangkai semuanya sesuai schematic, tune dengan dummy load murni 50 Ohm, usahakan jarum refleksinya nyeder ke nol, bila sulit gunakan trick dari Rekan kita (lihat komentar sebelumnya).
Selamat bereksperiment OM …
Regards
YD1CHS
January 13, 2009 at 12:44 pm
mimin
mas, saya udah coba, tapi aq pake dummyload nggak bisa 0 trus aq utak-atik R jembatannya pas 0 nya kok pada R 1k2. yang salah apa ya. terima kasih pencerahannya
January 13, 2009 at 6:17 pm
YD1CHS
Dear OM Mimin,
Coba pakai trick salah satu Rekan kita yang juga memposting pada comment diatas, yaitu dengan kombinasi capacitor, mungkin membantu.
Regards
YD1CHS
April 27, 2009 at 7:05 pm
Edy
Salam Kenal,
Saya mau tanya dimana saya bisa dptkan tentang directional coupler utk fm krn utk buat micro strip ini jg ada hitungannya dan swr protektornya,tolong informasikan krn sya tidak punya alat ukur yg bagus.
telex dijadikan fm loading koil ukurannya berapa dan rumusnya bgmna
Terima Kasih.
Edy-Sukoharjo-jawa Tengah
June 6, 2009 at 4:06 pm
Oskar
Mhn petunjuk cara mengubah SWR untuk 144 MHZ ke Allband. Trims.
June 8, 2009 at 7:03 am
YD1CHS
Dear OM Oskar,
Otak dari SWR meter memang berada di directional coupler, selebihnya hanya sebuah pengukur tegangan atau arus yang bisa sederhana atau juga bisa menggunakan microcontroller untuk perhitungannya.
Perlu dijelaskan dulu disini, maksudnya ALLBAND itu HF+VHF atau HF+VHF+UHF, nah kalau yang terakhir … cukup sulit juga untuk membuatnya dengan peralatan homebrewer yang serba minimum. Kalau untuk HF+VHF saya kira masih memungkinkan, walaupun pada VHF terjadi sedikit deviasi, namun kalau untuk keperluan Amatir masih acceptable.
SWR meter sederhana yang saya tuliskan diatas (blog ini), saya pakai juga untuk perangkat VHF saya yang beroperasi di band 2M, saya kebetulan nggak memiliki RIG yang bekerja di band UHF 70cm, jadi tidak bisa berkomentar banyak di band tersebut.
Di pasaran, seingat saya untuk SWR HF dan VHF dijual terpisah, walaupun ada juga yang All-Band sampai UHF, namun harganya juga bikin berkunang-kunang mata ini … hehehe.
Demikian OM.
Regards
YD1CHS
June 8, 2009 at 7:12 am
YD1CHS
Dear OM Edy,
Kalau dimana mendapatkan directional coupler untuk FM, perlu dijelaskan dioperasikan di Band berapa, sebab SWR meter menggunakan Envelope Detector untuk membaca baik FWD maupun REF signal, jadi untuk mode FM, AM dan CM no problem, sebab carrier-nya akan manteng terus, namun untuk SSB harus kita siul dulu, atau kita inject dengan tone supaya amplitudonya muncul.
Misal OM pakai untuk pemancar komunitas atau broadcasting di band sekitar 88 – 108 MHz, maka SWR meter amatir VHF sudah sangat mencukupi, namun perlu OM perhatikan maksimum power dari SWR tersebut, jadi bila membeli SWR meter minimum ada 2 kriteria yang harus kita sesuaikan dengan kondisi TX kita, yaitu:
1. Range Band SWR tersebut, bila dipaksakan mengukur diluar bandnya, pasti akan didapati deviasi, sehingga pengukuran tidak lagi akurat.
2. Range Power maksimum yang diperbolehkan, bila OM paksakan melebihi power maksimum, saya bisa pastikan directional coupler atau detectornya pasti akan hancur.
Dimana tempat membeli SWR dimaksud, banyak OM, cari saja ditoko-toko Radio Amatir atau Toko Alat Ukur dan Survey.
Regards
YD1CHS
June 26, 2009 at 10:33 am
ex YD2USE
Soal schematic, saya masih belum jelas. Mohon di emailkan ke alamat e mail saya. Terima kasih.
June 26, 2009 at 4:54 pm
YD1CHS
Dear OM ex. YD2USE,
sudah saya kirimkan via email OM, selamat bereksperimen.
Regards
YD1CHS
July 23, 2009 at 7:27 pm
Yus
Maaf ni om mau tanya karena saya pemula dan masih awam di rakom.saya pernah coba2 set ht v8 pake sx200 hasil yang didapat di fwd dan ref selalu sama jadi menghambat maksud saya untuk nambah perangkat.jadi penjelasanya 1:1.5 apa?dan bagaimana mendapatkanya? Tolong pencerahanya.terimakasih.
July 25, 2009 at 11:02 am
YD1CHS
Dear OM Yus,
1:1.5 adalah representasi yang biasa dipakai untuk menyatakan SWR = 1.5, yaitu perbandingan kedua notasi tersebut 1.5 / 1 = 1.5.
Dari beberapa referensi yang pernah saya baca, untuk keperluan radio amatir, SWR s/d 1.5 masih cukup acceptabled. Bagusnya memang mendekati 1, untuk effisiensi tertinggi dan keamanan bagi RIG yang terbuat dari solid state.
Demikian OM, semoga bermanfaat.
Regards
YD1CHS
August 12, 2009 at 10:10 am
NGAHADI
Om yang ganteng,,,,aku pernah coba buat rangkaian swr yang ada di skema halaman ini,tapi kok timpot yang 100ohm nya slalu panas dan trbakar,,emang ada kesalahan kah?,,,,,maklum aku neh baru aja mengenal dunia RF gto,,tolong ya om,atau siapa aja yang bisa kasih solusi untuk aku.trims
August 12, 2009 at 2:33 pm
YD1CHS
Dear OM Ngahadi,
Perlu diketahui rangkaian ini masih bisa dan aman digunakan dengan power output < 200W (tergantung dengan kekuatan coaxnya), diatas itu lebih cocok menggunakan toroid sebagai directional coupler.
Jadi untuk VR harus diparalel dengan resistor minimum 1/2 watt, bagus kalau pakai 2 watt, saya pakai 1/2 watt power sampai 120W masih OK OM. Lalu untuk VR gunakan yang watt besar, saya gunakan VR kotak warna biru.
Have a nice day.
Regards
YD1CHS
August 15, 2009 at 10:29 am
NGAHADI
Ehm…matur tank you ya om….atas pencerahannya.aku dah mulai agak dong,tapi ada lagi neh yang mau aku tanyakan ma om,,,,toroid tuh apa seh???????…..trus ada gax ya skema swr meter,maksudku skala jarum swr gto,,al”ya aku dah download di http://www.tonnesoftware kok gagal terus ya.kalo om ada tolong dong kirim via email ke akun bhbistarahappy@gmail.com.hee…heee…mf ya dah ngrepotin.
August 27, 2009 at 8:53 pm
ayat
aku juga jadi penasaran pengen bikin swr, tapi pemancarnya belum punya !
August 27, 2009 at 8:55 pm
ayat
tolong sih, kirim skema Pemancar FM PLL yang komponennya mudah didapat, krim ke Email ku ya… terima kasih !
August 28, 2009 at 11:06 am
YD1CHS
Dear OM Ngahadi,
Request sudah dikirim via email.
Regards
YD1CHS
August 28, 2009 at 11:11 am
YD1CHS
Dear OM Ayat,
Untuk exciter FM kebetulan saya jarang membuat.
Regards
YD1CHS
September 3, 2009 at 3:08 pm
Awi
Halo para master RF
saya belum punya swr meter, saya mau beli tapi mahal juga. Nah, ada yg tawarin swr bekas kalo ga salah merknya MALDOL, seharga Rp.250rb (termasuk ongkos kirim).
1. Kalau harga swr maldol sekarang di tempat om MASTER RF berapa yang baru ?
2. Banyak yg bilang kalau swr maldol skala tdk tepat, apa benar ?
3. Kalau bagi pemula seperti saya ini, utk mengetahui match dan tdk nya, apakah swr maldol sudah bisa diandalkan ?
THANKS
September 4, 2009 at 5:22 am
YD1CHS
Dear OM Awi,
Untuk merek yang satu ini please be careful … bukannya merek ini jelek, namun merek ini telah dijiplak mentah-mentah dengan kualitas yang sangat mengecewakan. Merek asli yang buatan Jepun sana kualitasnya bagus dan harganya cukup mahal (sayang saya tidak tahu tepatnya) … U get What U Pay. Kalau yang ASPAL … harganya cuman 125ribu, tampilannya sekilas OK, namun kesesatannya OK juga … hehehe.
Dengan perangkat ASPAL tersebut, tidak hanya akurasi, kebenaran pembacaan saja sudah salah besar … bagaimanapun kondisi antena OM, atau ekstrimnya OM copot tuch antenna dari SWR, bim-salabim, penunjukan SWR tidak bergeming dari 1.5 … Wow … keren … hehehe. Dengan penunjukan tersebut, bagi para AR yang belum mengerti betul apa dan bagaimana SWR, seakan-akan dengan tidak berdosa … memanggang RIG-nya sambil mengatakan SWR antenna saya bagus euy … 1.5.
Based on my true experience, sudah lebih dari 3 (tiga) Rekan AR yang tinggal disekitar QTH saya, datang ke QTH dan merelakan SWR ASPAL-nya untuk saya operasi dengan modifikasi yang saya tulis di blog ini, hasilnya sakit patah hati Rekan-rekan saya tersebut sedikit terobati, setelah melihat antennanya memiliki SWR yang fantastis tinggi, dan berhasil me-retune ke nilai yang lebih manusiawi … eh bukan, karena ini RIG, maka bukan manusiawi tapi RIG-awi … 🙂
By the way … pastikan OM beli Kambing yang asli, jangan sampai merasa beli Kambing ternyata sebenarnya hanya Tikus, sama-sama 4 kaki, namun yang satu bisa di-gule dan di-sate enaaakkkkkk ….
Well … have a nice day …
Regards
YD1CHS
September 4, 2009 at 7:33 pm
prima
Ya….ya…..ikut nimbrung OM. Kalo nurut saya sebuah SWR itu tergantung siapa yg “pake”. Secara personal bisa menggunakan atau memakai sebuah SWR dgn baik pasti toleransi pembacaan nilai akan “sedikit” diabaikan. Jadi semua SWR bagus, baik itu Daiwa, Maldol, Diamond bahkan sekelas Bird dll. Hampir semua eksperimenter sebuah transmitter pasti memiliki SWR/Power Meter utk mengetahui kondisi antena maupun power outputnya. Nah tegantung dari “budget” mau merk apa. Dan tdk memungkiri sebuah transmitter homebrew berdaya sampai ribuan watt pasti akan menyertakan panel meter utk SWR/Power Meternya. Padahal panel meter SWR tersebut hanya menggunakan VU meter 50 uA dan DC Coupler homebrew. Sebagai perbandingan saya menggunakan Maldol MR1000 hasil pengukurannya hampir dikatakan “sama” dgn hasil pengukuran SWR Daiwa, Diamond dan Bird. Maaf ya Om saya hanya berbagi saja pengalaman “membandingkan” semua SWR pabrikan maupun homebrew. Salam…….!
September 4, 2009 at 8:08 pm
YD2LUE
Lama ga nengok blog Om Cholis. Mudah~mudahan kabar baik utk Om dan keluarga. Dan jgn lupa puasa ya Om? He…….he……he….!
Oh ya Maldol dgn harga 125rb tipe berapa Om?
^ Harga terakhir utk Maldol MR 1000 dan MR 2000 Rp. 400~500rb >> NEW
^ Saya juga pernah membandingkan antara Maldol MR 1000 dgn Daiwa CN801HP ternyata pembacaannya sama. Sebagai pembanding saya pergunakan transmitter Kenwood TM 241. Dengan pembacaan SWR 1 :1,1 Power 50 Watt via dummy load.
^ Maldol MR 1000 dgn Diamond SX400 hasil pembacaannya juga sama.
^ Kalo dgn Bird blm pernah. Karena ga punya……..he….he….he….!
Dan sampai sekarang ini Maldol MR 1000 msh menjadi teman setia buat oprek~oprek antena dan transmitter.
September 7, 2009 at 7:11 am
YD1CHS
Dear OM Prima,
Thanks berat sharingnya, saya sepakat dengan pendapat OM, bahwa masing-masing alat ukur pasti akan menunjukkan hasil pembacaan yang hampir sama, sebab yang diukur sama.
Namun berdasarkan pengalaman pribadi, hati-hati dengan alat ukur yang tidak asli, dalam hal ini ada SWR meter merek MAL___ (bukan buatan Jepang) namun buatan Indonesia (tembakan) yang hasil pembacaan SWR-nya selalu menunjuk ke angka SWR=1.5 baik pada saat antenna dipasang maupun antenna dilepas (open). Saya telah mendapati 3 kejadian dengan merek sama (bukan asli), semuanya menunjukkan hasil yang sama.
Yang saya heran, kok produk seperti itu lolos dari QC-nya, atau jangan-jangan memang tidak ada QC-nya … hehehe, yang dirugikan pasti konsumen dalam hal ini Rekan AR. Memang ada pepatah mengatakan “You Get What You Paid” … memang banyak benarnya.
Demikian, have a nice day.
Regards YD1CHS
September 7, 2009 at 7:27 am
YD1CHS
Dear OM YD2LUE,
Alhamdulillah OM, saya masih diberi kekuatan untuk menjalankan ibadah Shaum sampai hari ini.
… Hehehe, saya nggak nyebut merek MALDOL lho OM, cuman merek MAL___ ada 3 huruf dibelakang yang saya sembunyikan, takut kasus RS OMNI International menimpa saya … hehehe.
OK, lebih enaknya … let say, ada sebuah produk SWR meter dengan merek ya itu tadi MAL___ made in lokal, saya kira ini tembakan, sebab kok mereknya sama dengan produk di luar sono. Harganya cuman 125rb, tertulis spesifikasi bisa mengukur dari HF sampe VHF dengan daya output maksimum 200W. Di Cikapundung Bandung, yang jual di sebuah kios letaknya pojokan … hehehe (kayak teka-teki saja yaaa …).
Saya pernah beli satu buah, 2 orang tetangga dan Rekan saya masing-masing dengan prefik callsign JZ dan YD, pernah datang ke QTH sambil bawa SWR-nya. Saya selalu tunjukkan ke Rekans, bagaimana filosofi angka SWR tersebut plus efeknya untuk pancaran dan RIG … wueleh … kayak dosen aza yaa … hehehe, lalu saya tunjukkan hasil pembacaan SWR tersebut dengan sebuah antenna yang telah kita tuned sebelumnya … kita catat semuanya, hasilnya dengan antenna maupun tidak (open) hasilnya tetap menunjukkan SWR=1.5, bersama mereka juga saya akhirnya memodifikasi directional coupler-nya, lalu kemudian menggunakannya untuk melakukan pengukuran sekali lagi, dan hasilnya “comply” dengan formula SWR yang sebelumnya kita bedah bersama …
Jadi, saya sepakat dengan OM Prima dan YD2LUE, bahwa beberapa alat ukur berbeda merek sekalipun, bila digunakan mengukur hal yang sama … hasilnya HARUS menunjukkan nilai yang sama. Makanya proses kalibrasi diperlukan untuk menyamakan hasil pembacaan berbagai alat ukur terhadap sebuah standar alat ukur tertentu. Jadi, sekali lagi harus sama pembacaannya, kasus disini kita mencoba menyamakan hasil pembacaan sebuah alat ukur SWR meter tembakan merek MAL___ tersebut dengan kebanyakan SWR meter terpercaya lainnya, terlepas dengan merek apapun.
Demikian, semoga clear …
Regards
YD1CHS
September 7, 2009 at 3:17 pm
Kurniawan
terima kasih atas dibahasnya soal SWR meter ini. Sejak lulus ujian ORARI, saya tertarik untuk bikin swr sendiri.
September 8, 2009 at 6:13 am
Kurniawan
Saya sudah mencobanya mas…tapi masih gagal. Mungkin saya yang salah baca skema, atau belum mengerti.
1. Dalam Skema ada C5 dan C6. Apa dan bagaimana fungsinya?
2. Antara R5 dan R7 dipasang trimpot, tapi dalam skema tidak digambarkan.
3. Mohon penjelasan lebih jelas mas. plus foto-foto yang lebih detil tentang cara pembuatannya,
4. Mohon dikirim via email ya mas….
Terima kasih….
September 8, 2009 at 8:22 am
YD1CHS
Dear OM Kurniawan,
1. C5 dan C6, saya sendiri tidak menggunakannya. C5 dan C6 sebenarnya berfungsi untuk blocking RF signal yang mungkin masih terbawa pada kedua jalur tersebut, orang-orang suka bilang “biar jarumnya nggak kesurupan … hehehe”. Memang kalau kita amati kebanyakan SWR Meter bermerek dan berkelas, rangkaian directional couplernya dipisahkan dengan rangkaian display dalam box metal. C5 dan C6 adalah sebuah “feed through”, komponen ini bisa OM ganti dengan sebuah ferit beat berbentuk selongsong ferit kecil, nah kabel yang menuju ke rangkaian display dilewatkan ferit beat tersebut.
2. VR antara R5 dan R7 berfungsi untuk mengkompensasi perbedaan karakteristik pada D1, D2, R2, R3, R4, R5, R6, R7, serta uA M1 dan M2. Pada kondisi ideal seluruh komponen tersebut harusnya identik untuk lengan kanan (reverse) dan kiri (forward), untuk mendapatkan kondisi yang setimbang … persis dengan kedua lengan timbangan. Nah VR tersebut untuk mengkalibrasi. Cara kalibrasinya guampang OM, ikuti petunjuk berikut:
a. Pada saat beban kita ubang dengan sebuah dummy load 50 Ohm, dengan asumsi bahwa antenna RIG matched, maka harusnya jarum reverse (SWR) harus nyender ke kiri, atur VR R1 pada directional coupler sampai defleksi minimum, baru atur VR antara R5 dan R7 sampai jarum mau nyender. Ingat, mau nyender … bukannya sederan habis.
b. Pada saat beban open (tidak terhubung apapun) idealnya jarum forward dan reverse harus terjadi defleksi dengan sudut yang sama. Jadi kalau jarum forward maksimum, maka reverse (SWR) juga maksimum.
3. Beberapa kesalahan yang sering terjadi adalah, kabel serabut coax yang difungsikan sebagai directional coupler dishort dengan ground. Ini salah besar, sebab justru kabel serabut outer coax tersebut kita gunakan sebagai sampler bagi RF signal yang teradiasi oleh inner coax, sementara arus pada ground antenna kita lewatkan melalui BOX metal, harus metal, nggak boleh plastik. Box ini tergambar jelas dirangkaian. Nah hubungan grounding antenna ini juga merupakan kesalahan kedua yang paling banyak terjadi.
Jadi singkat kata, arus positif antenna yang lewat inner coax dilewatkan inner coax directional coupler, arus yang mengalir pada kabel ground coax dilewatkan BOX logam ke ground antenna, dan kabel serabut coax pada directional coupler tidak boleh terhubung dengan ground sebab berfungsi sebagai sampler bagi sinyal RF yang lewat inner coax. Mudah-mudahan jelas yaaa …
Response ini sengaja saya sampaikan disini untuk bahan sharing bagi AR lain yang kebetulan memiliki permasalahan sama.
Have a nice day …
Regards
YD1CHS
September 8, 2009 at 1:52 pm
Awi
Mau tanya lagi nih. Sebenarnya yg bikin mahal swr itu apanya ? Padahal kalau dilihat dalemnya cuma sederhana. Thanks
September 8, 2009 at 3:56 pm
YD1CHS
Dear OM Awi,
Kalau boleh berspekulasi mungkin yang bikin mahal adalah:
1. Mereknya sudah terkenal (JAIM donk).
2. Tidak diproduksi masal, karena konsumennya cuman segmen penghobby saja.
3. Dibuat dari komponen yang bagus.
4. Biaya masuk Indonesia yang selangit.
5. Presisinya tinggi.
6. Biaya research-nya tinggi.
Namun dari semuanya saya kira alasan nomor 2 dan 4 yang paling masuk akal.
Regards
YD1CHS
September 9, 2009 at 3:42 am
Kurniawan
Thanks berat mas… saya mulai faham. Besok saya coba. Sementara itu, (karena proyek SWR “Directional Coupler” ini kemarin belum ngerti masalahnya), saya coba bikin SWR saku. “Belum lulus” juga. Masih ada masalah. Pertanyaan sudah saya uplod di Artikel SWR saku.
Thanks mas..
September 9, 2009 at 4:53 am
YD1CHS
Dear OM Kurniawan,
Response saya terkait dengan VSWR Saku sudah saya upload di tulisan SWR Saku, silakan merefer ke sana.
Have a nice experiment …
Regards – Cholis YD1CHS
September 18, 2009 at 7:57 pm
Anoman
ikut nimbrung om,
hari saya baru beli SWR Lokal yang harganya 125 rebu merk maldol, kalo baca comment dari rekan2 yang lain saya jadi ragu mengenai akurasi alat ini, kira-kira bisa di modif nggak ya Om abis sayang ama box nya.
September 29, 2009 at 2:00 pm
supriyono
OM CHOLIS,
Saya juga mau nyoba modifikasi SWR punya saya yang sepertinya persis sama dengan yang ada di gambar. Ada beberapa pertanyaan :
1. Ground kabel RG sambung nggak dengan ground box?
2. Kaki VR 100 ohm yang ke meter nyambung ke ground nggak, kok kelihatannya digambar nyambung, tapi kalau lihat skemanya kok gak nyambung ?
3. C 1 nF, di box yg dilewati kabel ke meter itu gimana cara nyambungnya ?
Terimakasih atas jawabannya, biar segera tak cobanya bereksperimen
September 29, 2009 at 2:25 pm
YD1CHS
Dear OM Supriyono,
Sebelumnya dalam response-response diatas sudah ada yang menanyakan hal serupa, OM bisa merefer ke penjelasan tersebut, namun saya akan coba komentari lagi disini:
1. Benar kabel ground RG-8 atau RG-58 TIDAK DIHUBUNGKAN DENGAN GROUND, fungsi kabel serabut ini adalah sebagai sampler/ penyuplik signal RF baik maju/forward maupun mundur/reverse yang terinduksi dari kabel core RG-8 atau RG-58 tersebut.
2. Memang nggak ada satu kakipun di VR100K yang nyambung ke Ground, VR ini berguna untuk mengurangi besarnya arus yang masuk ke VU meter. Yaitu digunakan untuk menempatkan jarum Maju/Forward tepat pada skala maksimumnya.
3. C 1nF disini adalah optional, ia adalah berupa feedthrough, fungsinya untuk mem-block signal RF yang bocor sampai ke VU, sehingga menghindari terjadinya apa yang biasa Rekan-rekan sebut jarum VU kesurupan. OM bisa menggunakan C 1nF tersebut, atau cukup menggunakan sebuah ferit beat. Saya tidak menggunakannya dalam SWR saya, dan ternyata sindrom kesurupan dimaksud tidak terjadi.
OK semoga bermanfaat.
Regards
YD1CHS
September 30, 2009 at 7:28 am
supriyono
OM CHOLIS,
Wah, terimaksih banget atas perhatiannya dan jawabannya cukup jelas tapi ada yang salah tafsir untuk jawaban no. 2 di atas, yang saya maksud bukan VR 100 K yg untuk menghambat di VU, tapi VR yg tengah yg diparalell dengan R 50 ohm, saya lihat diskema kok gak nyambung ke ground ( body ), tapi tak lihat di foto kok langsung nyambung ke ground. Mohon pencerahannya. Sekali lagi terimakasih.
September 30, 2009 at 10:58 pm
YD1CHS
Dear OM Supriyono,
VR100 Ohm kaki 1 yang juga terhubung ke salah satu kaki dari C3, C4 dan kedua VU meter memang terhubung ke ground (body). VR100 Ohm ini nantinya diatur sampai dengan directional coupler seimbang antara lengan maju (forward) dan mundur (reverse). Saya menambahkan 100 0hm paralel dengan VR100 Ohm ini, sehingga adjustmennya menjadi lebih mudah.
Demikian semoga sudah cleared.
Regards
YD1CHS
October 1, 2009 at 1:15 pm
supriyono
Dear OM Cholis,
Ok terimakasih OM, insya Allah sdh clear, tinggal cari VR yg 100 ohm dan C 330 pf, ntar segera tak rangkainya. semoga aja langsung jadi.
October 1, 2009 at 1:37 pm
supriyono
OM Cholis,
Aku sdh ad Ym OM Cholis apa benar YD1CHS ??? kalau memang iya, tolong request saya di respon terimaksih, biar pada saat sama-sama online bisa ngomong-ngomong.
Trm ksh
October 2, 2009 at 7:08 am
YD1CHS
OM Supriyono,
Sudah saya respon OM YM-nya …
Saya tunggu kesempatan chatingnya.
Regards
YD1CHS
October 7, 2009 at 8:44 am
YD2HQS
om, yang bener ferrite bead, bukan beat.
October 7, 2009 at 9:41 am
YD1CHS
Dear OM YD2HQS,
Thanks You OM, nah itu gunanya teman, bisa saling mengingatkan … hehehe.
Have a nice day.
Regards
YD1CHS
October 9, 2009 at 4:40 am
Amron
salam kenal om mau tanya kalau ukurannya kabel rg8nya pengaruh ngak ya dengan keakuratan pembacaan?? trims
October 11, 2009 at 6:01 pm
YD1CHS
Dear OM Amron,
Salam kenal juga OM, … masalah ukuran kabel RG-nya, mungkin maksudnya panjangnya yaa … saya belum pernah bereksperimen, namun IMHO akan mempengaruhi baik sensitivitas maupun impedansi (berpengaruh terhadap nilai VR). Nah kalau masalah keakuratan, bisa jadi OM.
OK, IMHO definisi akurasi adalah nilai terkecil yang mampu dibaca oleh sebuah alat ukur, maka menurut saya makin pendek panjang RG maka ia makin tidak akurat dengan sumber sinyal yang sama amplitudonya dengan TG yang lebih panjang, karena fungsi RG adalah pencuplik singnal, jadi kalau terlalu pendek saya kira akan lebih buruk sensitivitas yang akhirnya juga ke masalah akurasi.
Mudah-mudahan ada rekan lain yang pernah mencobanya, dan memberikan info ke OM lebih akurat … hehehe.
Regards
YD1CHS
October 26, 2009 at 8:23 am
Putut Widodo (YD3DKP)
Dear Om Colis
Om Apakah SWR ini bisa dimodif sampai dengan 1000Watt ??? Aku punya SWR MADOL yang bentuknya kayak gambar tertera di blog anda ini. Yang pengukuran makasimal 120Watt. Seumpama mau saya modif sampai dengan 1000 atau 1200 watt, komponen mana yang harus dirubah om ?? dan apakah ini masih memungkinkan utnuk SWR madol yang hanya berkekuatan 120Watt??
Terima Kasih OM
Putut Widodo
YD3dkp
October 26, 2009 at 3:17 pm
YD1CHS
Dear OM Putut,
Sorry tadi kutinggal saat chating, soale ada meeting mendadak. Oh yaa, kalau untuk QRO sampai dengan 1000W saya yakin directional coupler asli SWR akan langsung jadi arang … hehehe.
IMHO: yang paling cocok directional couplernya menggunakan toroid, sebab arus RFnya nggak lewat secara langsung, namun cuman induksi saja. Sorry belum sempat ku-surfing di Internet.
Regards
YD1CHS
October 26, 2009 at 6:42 pm
azis
YD1CHS mohon pencerahan, Saya sedang coba bikin SWR meter tapi saya sedikit bingung indikator untuk SWR tersebut, menurut anda yang paling afdol pake VU meter, Ampere meter atau Volt meter ? terimakasih atas pencerahannya. wassalam 🙂
October 26, 2009 at 7:14 pm
YD1CHS
Dear Azis,
Indikator SWR yang dipakai adalah uA (micro-Ampere meter), makin kecil uA-nya makin baik, sehingga SWR akan sangat peka walaupun OM menggunakan sinyal QRP.
Regards
YD1CHS
October 26, 2009 at 11:16 pm
Putut (YD3DKP)
Dear Om Colis
Terima kasih OM gak papa, Cuma kpingin tau aja. Ini soale aku baru dapet Lampu 813 2 biji and Kern (belum dililit). he he he….. Ndak tau nanti jadi apa. Soale Masih ribet / Sibuk dengan yang urusan lain OM.
Terima kasih
Putut Widodo
November 21, 2009 at 7:09 pm
emdeee
om pengen nyoba’
tp cara buatnya belom punya
tlong skema pemancar dan swr kirim ke email ya om
thanks sebelumnya
November 26, 2009 at 7:57 pm
Arisandi
Dear om cholis aq arisandi di kendari tlg kirimkan skema kit direct couplerx, soale aq mau buka susah bgt. n salam kenal buat semua master AR TX RX
December 2, 2009 at 2:02 pm
Arisandi
Dear om chs.aq punya power n swr meter seperti di gambar merek maldol ,rencananya aq maw modif dengan skema yang ada di blog.tpi aq masih bingung apakah jalur vr100ohm dan jalur ke fwd dan ref nyambung jdi satu dan nyambung ke ground .tpi klo aq lihat skemanya koq gak nyambung mohon pencerahannya matur suwun sebelun dan sesudahnya by Arisandi on kendari sultra
December 2, 2009 at 2:31 pm
YD1CHS
Dear OM Arisandi,
Sebelum melakukan modifikasi ke rangkaian blog ini, pastikan SWR meter yang OM miliki benar-benar merek MA___ abal-abal seperti yang saya miliki, sebab kalau yang asli/ genuine, wah harganya lumayan OM, dan jangan sampai diobok-obok isinya.
Betul jalur VR100Ohm, Forward, Reverse dan Capacitor semuanya nyambung ke groung, tergambar di rangkaian nyambung pada kotak body ground, walaupun tidak ada titiknya.
Selamat bereksperimen
Best 73 de YD1CHS
December 11, 2009 at 11:56 pm
adib
OM untuk skema swr yang gak pake’ kabel ada gak…yang pakai pcb kalau ada…tlong dikirimin ke email ya Om..thanksssss
December 18, 2009 at 9:38 am
YD1CHS
Dear OM Adib,
Kebetulan saya nggak ada tuh …
Regards
YD1CHS
December 25, 2009 at 8:55 am
YD 2 VGI
om gimana kl kbl RG 58/8 panjangnya kurang dari 12cm?berhubung panjang box swr aku cm 10cm,
December 25, 2009 at 1:03 pm
YD1CHS
Dear OM YD2VGI,
Saya belum pernah mencoba, namun saya kira OK no problem, nilai R pada directional coupler sepertinya akan sedikit berbeda.
Regards
YD1CHS
January 6, 2010 at 11:26 am
bobby
salam hormat ya Om CHS,…
kabel RG8 nya apa mempunyai berpengaruh yang berbeda jika mengunakan Bel*** atau Erik*** soalnya dua kabel tersebut mempunyai bahan isolator yang berbeda? apakah akan memberikan hasil pengukuran yang sama atau berbeda?
terima kasih Om…
January 8, 2010 at 11:12 am
YD1CHS
Dear OM Bobby,
Kalau kabelnya sama-sama RG8 yaa artinya impedansinya sama-sama 50 Ohm, jadi keduanya saya kira akan memberikan hasil yang sama.
Kabel disini adalah hanya dipakai untuk pencuplik sinyal saja, jadi sebenarnya kabel apapun juga bisa. Namun karena sinyal ke antenna juga lewat kabel ini, maka untuk mempertahankan impedansi transmisi including VSWR meter tetap 50 Ohm, maka dipakai-lah kabel RG-58 atau RG-8 untuk rangkaian penyuplik sinyal ini.
Regards
YD1CHS
January 26, 2010 at 9:48 am
Jimmy
SWR yang bagus merknya apa ya…, untuk frequensi orari kita di indonesia ? harganya berapa ya ?
January 26, 2010 at 7:57 pm
YD1CHS
Dear OM Jimmy,
Banyak merek yang bagus, asalkan benar-benar asli lho yaaa … bukan aspal, perkiraan SWR Meter HF baru yaa sekitar hampir 0.5 s/d 1 Jutaan …
Regards
Cholis YD1CHS
April 14, 2010 at 5:44 pm
ayatulloh
salam kenal semuanya, aku juga sama baru beli swr merk MAL…. aspal kayaknya, lawong harganya cuma 150 rb maklum beli yang murah karena isi kantong paspasan hehe ….., walaupun belum di coba untuk ukur rf dan swrnya alias (masih perawan) setelah saya baca beberapa komentar diatas mungkin saya berminat untuk memodifikasi swr tersebut sebelum saya terkecoh denga swr MAL… ini, cuma setelah saya amati gambar skema di atas kayaknya swith/sklar tidak di fungsikan ya ? mohon pencerahan
April 14, 2010 at 9:34 pm
YD1CHS
Dear OM Ayatulloh,
Tetap berfungsi, rangkaian diatas hanyalah rangkaian utamanya, yang lain tetap seperti pada SWR meter tersebut, yaitu switch SWR/PWR dan switch untuk PWR 10/120W … silakan disesuaikan saja.
Oh yaa … dicoba dulu OM, pakai dummy load … dengan power kecil harusnya SWR 1:1 tidak boleh yang lain, lalu lepas dummy load sebentar, jangan lama-lama … SWR harus 1:tak berhingga …
Kalau tidak seperti itu kondisinya, maka SWR meter tersebut perlu dioperasi … hehehe.
Regards,
Cholis Safrudin YD1CHS
April 20, 2010 at 2:05 am
ayatulloh
Trim … om Cholis Safrudin YD1CHS
Saya dah Modif tuh yang namanya SWR Aspal, tapi pake kabel RG 58 (maklum belum sempat beli RG 8 nya) dan hasilnya berubah drastis yang semula lepas dummy load jarum swr 1:1 sekaramg sesuai dengan fungsi SWR 1:tak terhingga.. , tapi untuk komponen R 10 K 2x yang menuju VU tidak saya pasang sebab untuk kalibarsi swr nya tidak sampai full, saya coba dengan pemancar daya 1 Watt TR final C1970, apa mungkin karena pemancar saya kurang watt yah ?
April 20, 2010 at 2:53 pm
YD1CHS
Dear OM Ayatulloh,
Selamat OM Ayatulloh, sekarang bisa lebih yakin untuk transmit, sebab SWR-nya walaupun dengan rangkaian sederhana sudah dapat diukur … 🙂
OK walaupun pakai RG-58 tidak masalah OM, dia bisa diatas 100W kok, saya sudah coba tuch, saat memodif SWR meter milik salah seorang teman saya.
Untuk VR atau R tambahan ke VU nggak masalah bila diabaikan, bila tanpa resistor tersebut ternyata jarum belum defleksi full, maka memang Watt TX-nya kurang besar … 1W saya kira terlalu kecil, kalau pengen coba SWR dengan power kecil, coba saya “Pocket Sized SWR Meter”, juga saya tulis disini, power 1 W cukup untuk menggerakkan jarum sampe full.
Demikian ….
Regards,
Cholis Safrudin YD1CHS
April 22, 2010 at 9:36 pm
AR
Om, sy nanya ya, ferrit clip itu dipsg dimana yg bgs, di kabel antena yg ke antena apa yg deket kabel keluar dr rig ? thx
April 23, 2010 at 10:32 am
YD1CHS
Dear OM AR,
Ferrit clip … wah saya kok belum well informed yaa … bisa dijelaskan lebih detail ?
Regards,
Cholis Safrudin
April 26, 2010 at 8:10 pm
halma
salam kenal….
saya tertarik banget dengan artikel ini soalnya SWR jenis ini emang ngaco….
saya masih bingung dengan skemanya,itu yg di rangkai cuman di bagian serabut RG8 atau termasuk dalemnya?
saya ingin penjelasan secara urut,bisa di jelaskan lewat email pak?
saya juga minta fotonya yg lebih detail seperti penyambungan tiap komponen,trus kabel yg ke saklar gmn,soalnya di gambar bapak ini agak ketutup ama tulisan.
terima kasih sebelumnya…..
May 14, 2010 at 7:00 am
YD1CHS
Dear OM Halma,
Intinya … directional coupler dengan menggunakan coaxial adalah hanya serabut luarnya saja yang dipakai … sementara serabut dalam jangan dikotak-kutik, sementara arus yang melewati serabut luar coaxial antenna akan dilalukan via box logam VSWR meter ini, jadi untuk VSWR meter ini box-nya WAJIB terbuat dari logam.
Jadi directional coupler yang dari Coax (lets say 12 cm) ini serabutnya tidak boleh terhubung dengan ground BOX maupun serabut dalamnya. Ia memang dibuat demikian, karena pada saat ada signal RF mengalir via serabut dalam, maka ia akan mendapatkan cuplikan/sample sinyal RF yang selanjutnya akan kita olah sehingga menjadi penunjukan SWR. Dari sepanjang 12 cm tersebut, tengah-tengah coax diberikan resistor untuk membentuk sebuah jembatan timbang, nah ujung-ujung serabut coax yang akan memiliki beda potensial, yang kemudian disearahkan oleh sebuah diode, selanjutnya menggerakkan jarum forward maupun reverse (SWR). Panjang kedua lengan tersebut seharusnya harus identik, karena homebrew, maka susah untuk mendapatkan panjang yang sama persis, jadi dibutuhkan prosedur kalibrasi yang saya jelaskan di uraian topik ini.
Demikian, OM, sorry yo agak lama replay-nya, soalnya lagi ada kesibukan … hehehe.
Best Regards,
Cholis Safrudin YD1CHS
May 16, 2010 at 7:07 pm
Frankie Senduk YC)GXZ
om yd1chs…salam kenal….saya punya swr mtr maldol hs 260 jarum powernya suka ngadat. kalo om bisa bantu, saya mau modifikasi sendiri swr tsb, maklum swr tahun 1980,,,,kalo om tidak keberatan tolong di-email schema swr modification, komponen saya pakai yang ada di website ini, juga kalo tidak keberatan juga swr saku diagram dan komponen. terima kasih yah om…….73 cherioooooooooo
frankie-yc0gxz
May 19, 2010 at 11:33 am
agus
assalamu’alaikum wr wb,
mas cholis
kalau punya skema tuner antene untuk bekerja di 144 (2M), tolong deh saya di kasih bisa lewat email ku
terima kasih mas
agus jogja
June 9, 2010 at 6:08 pm
mazzofa
1. Putar trimpot reverse adjuster ke posisi minimum, artinya tidak ada redaman terhadap arus menuju DC ampere meter reverse.
2. Atur trimpot penyeimbang jembatan pada posisi tengah (MAKSUDNYA TENGAH, VUnya ATAU TRIMPOTNYA INI)
3. Atus posisi potensiometer forward dan reverse pada posisi maksimum.
3. Pasang RF Dummy Load dengan Watt secukupnya, lebih baik watt-nya lebih besar dibanding RF output dari transmitter.
5. Lakukan adjustment pada trimpot penyeimbang jembatan sampai jarum reverse mencapai titik minimum.
6. Lakukan adjustment pada trimpot reverse adjuster sampai jarum reverse menyentuh skala NOL.
Point 5 & 6 ini bahasanya kurang konvensional, udah minimum juga ada kata NOL.
June 20, 2010 at 4:56 pm
Arisandi
Dear om cholis, om aq udh modif swr menurut postingan di blog tpi aq blm puas mslhx ada beberapa hal yg aq blm pahami di antarax” aq udh modif semua menurut gbr tpi hasilx blm maksimal, jarum fwd n rvs tdk bsa nyender betul,pdh aq udh pke rf dumy load postingan om,dan yg di maksud seimbang pd posisi tengah(maksudx hrs sama posisi jarumx atw gmn, bila diatur trimpot penyeimbang apa hrs sama2 seimbang jarumx,dan di swr koq gak ada angka nol pdhl di tabel rvs 1fwd 0 dikatakan match,dan trimpot fwd koq gak di bahas atw gak di utak atik dia ngikut atw gmn,jga kabel penghubung ke swr n ke dumy load ada pengaruhx dan aq pke Tx homebrew OT 7w atw tx saya yg kurang bgs,dan gmn cara mengetahui output tx supaya dpt 50ohm,mohon petunjuk dan pencerahannya matur suwun sebelum n sesudahx by arisandi on kendari
July 17, 2010 at 11:05 am
YD1CHS
Dear OM Arisandi,
Mohon informasinya … OM bekerja di HF atau VHF. Rangkaian modifikasi ini cukup efektif di HF, namun untuk VHF harus dilakukan kompensasi dengan penambahan komponen tertentu. Salah satu rekan kita telah men-share tips-nya dalam melakukan kompensasi di VHF, saya lupa namanya, silakan diurut saja listing response rekan-rekan disini, salah satunya akan anda temukan yang saya maksud …
Regards,
Cholis Safrudin
July 22, 2010 at 12:36 pm
adib
Dear Om Kholis,
Om kalau VR 100 ohm yang tengah itu kita ganti dengan Resistor Bagaimana ya Om?
Ukuran R tesebut di sesuaikan dengan ukuran VR hasil percobaan yang sebelumnya sudah bekerja dengan baik.
July 24, 2010 at 7:32 pm
Arisandi
Dear om Chs,aq pake di broadcast radio komunitas 88-108Mhz. apa rangkaian DCnya harus dirubah,by Arisandi Chendary,
July 25, 2010 at 6:59 am
YD1CHS
Dear OM Adib,
Nggak papa OM, VR itu untuk memudahkan menyeimbangkan jembatan pada directional couplenya saja kok … malah lebih bagus menurut saya.
Regards,
Cholis Safrudin YD1CHS
July 25, 2010 at 7:02 am
YD1CHS
Dear OM Arisandi,
DC SWR meter ini memang paling cocok untuk HF, namun untuk broadcasting 88-108MHz sebenarnya masih digunakan, walaupun keakuratannya sedikit bergeser. Seseorang Rekan kita telah memberikan tips menanggulangi untuk band VHF ini … coba saja diurut atau disearch comment-comment diatas, pasti ketemu.
Wong biasanya digunakan pada band 2M yang notebene frekuensinya lebih tinggi dibandingkan dengan broadcasting FM, so pasti bisa …
Demikian …
Regards,
Cholis Safrudin YD1CHS
July 27, 2010 at 2:24 pm
Arisandi
Ok deh om makasih bgt atas ilmunya,mudah2 an bsa ktmukan n bsa aq oprek2 sendiri dan bsa sesuai dgn yg aq harapkan,by Arisandi
July 28, 2010 at 7:12 pm
jalie (9W2ZNW)
dear om YD1CHS..
maaf kalau pertanyaan sy tiada kaitan dgn tajuk di atas, saya ada projek membuat repeater, sy mahu mengunakan kenwood TM-271A sbagai RX dan TX nya.. masalahnya saya tiada pengalamn mmbuat repater.. bagaimana om boleh bantu ya…. thank you.. 73’s..
July 29, 2010 at 2:45 pm
YD1CHS
Dear OM Jalie (9W2ZNW),
Mohon maaf OM Jalie, kebetulan saya juga belum punya experience dalam membuat repeater 2M dimaksud, namun OM coba menuju ke blog Rekan saya yang pernah membuatnya, mungkin Beliau bisa membantu, silakan langsung menuju ke http://yc5nbx.blogspot.com/
Best Regards,
Cholis Safrudin YD1CHS
August 12, 2010 at 11:35 am
tatang
Hallo Oom Yus… salam kenal
Oom saya mau tanya tentang orari sedikit nih..
Oom saya kira-kira tahun 1985an yang lalu pernah jadi anggota ORARI. namun karena saya harus sekolah ke LN jadi tidak pernah diurus lagi itu keanggotaan hingga saya pulang.
Mau nanya aja barangkali Oom Yus tahu kalau call sign lama masih bisa diaktifkan lagi atau apakah keanggotaan bisa diaktifkan lagi walau call sign nya ganti…
Terima kasih atas pencerahannya ya…
Have a nice day.
Tatang
August 15, 2010 at 5:42 pm
YD1CHS
Dear OM Tatang,
Ikut nimbrung yaa … sejauh yang saya tahu, kayaknya harus ikut ujian AR lagi OM, baru bisa mendapatkan IAR dan CS. Dan CS-nyapun bisa jadi berbeda dengan yang OM punya dahulu, bisa jadi saat ini CS tersebut sudah ada yang memakainya.
Regards,
Cholis Safrudin
August 27, 2010 at 3:09 am
rahady
om aku dh buat yang kya gini, ko power vu meternya ape mentok dengan daya 25watt, maksud aku, aku mau buat power meternya yang akurat untuk 80 watt apa yang perlu aku tambah om, tolong masukannya???? apa mungkin R 10k yg menuju vu meter harus diganti yang lebih besar!! kalo iya trus nilai R4 untuk 80 watt brapa tuh biar power meternya ga terlalu mentok
September 14, 2010 at 8:49 am
YD1CHS
Dear OM Rahady,
Sepertinya VU Display OM adalah yang memiliki uA cukup kecil sehingga selalu mentok. Padahal saya pengen lho dapat VU meter dengan uA yang kecil seperti yang OM Miliki.
Beberapa cara untuk meanikkan range pengukuran VU adalah sebagai berikut:
1. Dengan resistor serial, yaitu digunakan sebagai pembagi tegangan di VU meter, karena tegangan Vu Meter turun, maka arusnya juga akan turun. Hasil pembacaan harus diadjust sesuai dengan penambahan resistor tersebut. Makin besar nilai resistor, maka akan makin kecil tegangan pada VU meter – artinya range pengukuran makin besar.
2. Dengan mem-paralel resistor pada VU Meter, cara ini dilakukan untuk membagi arus, yang sebelumnya hanya lewat VU Meter, sekarang sebagian dilewatkan resistor paralel tersebut. Makin kecil nilai resistor paralel, maka makin besar pula range pengukuran VU meter. Sama dengan cara diatas, setelah penambahan harus dilakukan penyesuaikan pembacaan hasil.
Kedua cara tersebut saya kira sama-sama memiliki akurasi yang sepadan. Namun untuk keamanan VU Meter, saya lebih memilih cara pertama. Karena bila arus yang lewat terlalu besar dan resistor putus, maka VU akan aman, sebaliknya kalau paralel ketika resistor putus/terbakar, maka VU Meter tidak akan terselamatkan.
Regards,
Cholis Safrudin
October 19, 2010 at 1:53 pm
aris
Om.. tolong sya dikirimi cara bikin swr ini dari awal sampai pengetesan dengan foto atau video dong, saya sangat awam dg rakom. saya ada v68 pemberian kakak mau saya pakai antena yagi, takut ga match jadi saya sangat membutuhkan swr ini. makasih…
October 22, 2010 at 3:49 pm
Atmo
Salam Kenal
Saya punya swr abal abal merk MAL…….. di VU Watt dan VU SWRnya diseri pake Condensator elektrolit…..fungsinya buat apa ya…………pernah saya copot…..kl dipake malahan jarum bergoyang goyang ga stabil. Apa rangkaian itu memang seperti itu skemanya. Mohon pencerahannya
October 22, 2010 at 3:50 pm
Atmo
makasih ya
October 22, 2010 at 4:09 pm
YD1CHS
Dear OM Atmo,
Mungkin maksudnya OM Atmo, VU Watt dan SWR-nya diparalel dengan kondensator elektrolit yaa … (bukannya diseri). Fungsinya untuk membuat gerakan jarum tidak liar, lebih halus dan tenang. Kapasitor elektrolit tersebut bersama dengan resistance dalam VU meter bekerja sebagai rangkaian pengisian dan pengosongan kapasitor, pada saat fase pengisian maupu pengosongan pergerakan jarum adalah secara eksponensial negatif, makanya terlihat jarum bergerak tenang namun pasti.
Dengan menaikkan nilai resistance maka pergerakan jarum akan makin lambat “terutama saat fase pengosongan” dan sebaliknya. Hati-hati jangan terbalik polaritasnya saat memaralel dengan kapasitor elektrolit.
Demikian OM, mudah-mudahan semoga bermanfaat.
Regards,
Cholis Safrudin YD1CHS
October 22, 2010 at 6:19 pm
Abman
Salam OM Cholis,
Ketemu kita buat pertama kali, saya Pak Mansor dari Kuala Lumpur sangat tertarik dengan project ini. i.e Power /SWR meter DIY. Kebanyakkan orang di sini (KL) tidak ramai membuat project seperti ini. Munkin tolong gimana saya bisa mendapatkan hard ware nya seperti Power/swr meter , casing seperti yang saya lihat di gambar. Components yang lain nya bisa dapat di Kuala Lumpur.
DE abman/9w2ttc/Kuala Lumpur.
October 22, 2010 at 8:18 pm
Abman
OM, maksud saya di cikapundung, Bandung.
October 24, 2010 at 6:28 am
YD1CHS
Dear OM Encik Mansor,
Box untuk project ini bisa dibuat dari apa saja yang penting konduktor, misalkan
dari kaleng bekas susu, biscuit, atu dari PCB yang dibuat dengan ukuran khusus.
Saya kira bahan dari PCB, kalau memungkin double layer, paling bagus hasilnya,
karena ia merupakan konduktor yang sangat bagus. Box wajib dibuat dari bahan
konduktor, karena ground antenna akan lewat melalui box tersebut.
Demikian semoga bermanfaat.
Regards,
Cholis Safrudin YD1CHS
October 24, 2010 at 6:32 pm
Abman
Salam, Makasih OM dengan info tersebut. Gimana pula dengan indicator nya boleh saya dapatin di toko di cikapundung. i.e. Power indicator dan SWR indicator. Berapa angaran harga untuk 2 indicator itu.
Regards,
Mansor/KL
November 13, 2010 at 3:30 pm
FEBRI
JUAL IC RF M57729SH DAN MALDOL MR-2000 BEKAS PH.0817440448
January 29, 2011 at 6:08 pm
YD8AWE
Tolong informasinya cara mengukur kabel transmisi dan antena dengan memakai VSWR Meter,apa merk alat ukur VSWR Meter yang paling bagus dan berapa harganya, Thanks
February 4, 2011 at 8:56 pm
rahmat
om, klo mo pasang antena luar buat ht motorola gp2000 tuh gmn om? krn konectornya bukan bnc, jd cm macam baut gitu om. jd konduktornya cm 1. mohon dibantu ya om..
thanks
February 8, 2011 at 5:23 pm
YD8AWE - Makassar
Om….Apa ada rangkaian untuk mengubah suara kita menjadi suara anak2,kalau ada Om punya gambar rangkaian.Tolong dong Om dikirim ke E-Mail-ku
February 17, 2011 at 10:31 pm
AR
Om, sy punya swr merk nissei rs40,tu swr bagus gak om krn sy belinya agak mahal sekitar 800 rb, bentuknya kecil, tapi sy blm pakai, klu maw pakai kabel rg 58 hrs panjang berapa meter. THX….
March 3, 2011 at 10:44 am
YD1CHS
Dear OM Arijanto,
Sorry … waduh dah terlalu lama nich baru bisa replay … hihihi … Wah kalau Nissei RS40 setelah saya tanyakan mbah Google itu adalah SWR untuk VHF dan UHF, jelas bagus OM, asal nggak palsu yaa. Namun kalau lihat harganya segitu, kayaknya asli dech … hehehe
Panjangnya, pakai kelipatan 1/4 lambda dari frekuensi kerja saja OM …
Regards, Cholis Safrudin YD1CHS
March 8, 2011 at 7:33 pm
Bayu01
Salam kenal YD1CHS apa std ya SWR Meter yg ada switch PWR-SWR, krn sy melihat design ini tdk menggunakannya….mohon penjelasan detail yg pakai dengan yg tdk pakai switch……Thx
March 9, 2011 at 7:59 am
YD1CHS
Dear OM Bayu01,
Rangkaian SWR dan PWR sebenarnya berbeda, namun dengan menggunakan bantuan Switch kita bisa menggabungkannya dalam 1 box. Peranan switch ini juga untuk berbagi VU Display antara SWR dan PWR, karena pada saat pengukuran SWR kita membutuhkan 2 VU Display secara langsung, sementara untuk PWR kan juga butuh VU Display tuch …
Kalau kita menambahkan sebuah lagi VU Display yang terpisah dengan kedua VU Display eksisting, dan VU Display tersebut didedikasikan hanya untuk PWR meter, maka kehadiran Switch yaa nggak diperlukan lagi.
Beberapa desain yang menggunakan microcontroller + LCD sebagai pengganti sistem analog ini mampu melakukan kedua secara bersamaan tanpa switch, karena semua sinyal sampling yang dibutuhkan untuk mengukur PWR maupun SWR bisa diolah berbarengan dan ditampilkan di LCD berbarengan pula.
Sangat sederhana kok sebenarnya, nanti kalau ada waktu khusus coba saya desain dan develop firmware-nya. Yang dibutuhkan hanyalah microcontroller dengan sedikitnya tersedia 3 buah ADC (Analog 2 Digital Converter) plus 1 LCD …
Demikian OM Bayu01, semoga berkenan penjelasannya …
Regards,
Cholis Safrudin YD1CHS
March 9, 2011 at 1:39 pm
rudik
Oh Uclish…kalo boleh, nyontek display tanda strip strip jarumnya…biar kita bisa menandai sendiri tanpa harus minjem SWR, jika kita mau membuat dari VU meter pasaran.
Oh ya menurut saya, Om kan memanfaatkan VU meter bawaan dari SWR jadi.kalo kita bikin dari VU meter di pasaran, yang dipakai DC Voltmeter apa DC Ampermeter? mohon rekondasi yang ukuran berapa (uA?mA?). Maaf kalo menyusahkan, maklum, newbie ;D Terima kasih.
March 9, 2011 at 1:57 pm
YD1CHS
Dear OM Rudik,
Rekomendasi untuk uA yg paling OK adalah yg paling kecil range ampere-nya, karena akan makin sensitif saat membaca sinyal rf yg masuk. Masalah ukuran fisik tinggal selera saja.
Untuk membuat sticker skala sendiri dulu saya menggunakan software gratis saat itu, judul software-nya adalah “meter”. Masing2 bentuk uA akan memiliki bentuk sticker, karena fisik ukuran, jarum, dan rotasinya berbeda.
Salah satu contoh sticker tsb bisa OM lihat di blog ini juga dg judul “pocket size swr meter” …
Have a nice day
Cholis YD1CHS
Powered by Telkomsel BlackBerry®
March 21, 2011 at 6:21 pm
Eko Pramono
SWR,…yg oom cholis buat itu,.bs untuk HF gak,..?
March 21, 2011 at 6:29 pm
YD1CHS
Memang itu untuk HF OM …
Powered by Telkomsel BlackBerry®
March 21, 2011 at 8:24 pm
Eko Pramono
Ok,….seeep,….soalnya saya juga beli spt punya oom cholis,…rupanya cuma bs dipake di VHF aja,…hehehehe
March 21, 2011 at 8:26 pm
Eko Pramono
Trus kalibrasinya pake VHF bisa gak ?
April 12, 2011 at 8:24 pm
ARI
AKU JADI TAK PERCAYA DIRI SEBAB PINJAM SAMA TEMEN HASILNYA LAIN OLEH KARENA ITULAH AKU PINGIN MERAKIT SWR YG ADA DI GAMBAR.
April 12, 2011 at 9:32 pm
YD1CHS
Yaa … Coba saja lumayan murah dan cocok utk HF
Powered by Telkomsel BlackBerry®
August 7, 2011 at 8:47 am
Awi
Maaf mau tanya lagi. Kalo rakit swr seperti skema di atas, apakh kita tdk prlu swr bermerk untk mengkalibrasi swr rakitan kita ? Tq
August 21, 2011 at 12:52 pm
YD1CHS
Kalau mau dikalibrasi dg swr pabrikan lebih bagus, saya juga lakukan itu. Tapi utk Rekan2 yg belum beruntung punya swr pabrikan, yaa nggak perlu, namanya juga amatir, bukan profesional kan :), tks.
Powered by Telkomsel BlackBerry®
January 8, 2012 at 2:24 pm
moel
okelah kalo bgitu qu jga pngen nyoba.
January 9, 2012 at 12:30 pm
Dwi Hartanto
Gambar skematik dari VSWR meter tersebut sumbernya dari : http://www.aircom-rf.com/files/FM12W-III.pdf
January 9, 2012 at 12:53 pm
YD1CHS
Halo Mas Dwi, mudah2an eling sama saya, dulu sekali saya sering ngantar Ibu saya belanja di tokonya Bapaknya Mas Dwi … Hehehe.
Powered by Telkomsel BlackBerry®
January 9, 2012 at 3:25 pm
Dwi Hartanto
He..he.. sedikit blank nih pak.. Aslinya dari Tulungagung juga ya ?
January 9, 2012 at 3:26 pm
YD1CHS
Benar, rumah Ortu saya di Kedungwaru, saya lulusan SMASA TA 92 🙂
Powered by Telkomsel BlackBerry®
January 10, 2012 at 6:42 pm
indrasung
Mas Cholis, kan punya antenna analyzer dan swr meter, apakah pernah membandingkan hasilnya apakah sama atau ada perbedaan, jika beda sampai seberapa perbedaannya, terima kasih.
January 11, 2012 at 8:07 pm
YD1CHS
Kalau dibanding secara serius belum pernah OM … 🙂
Powered by Telkomsel BlackBerry®
January 12, 2012 at 8:20 am
indrasung
He3, saya ingin mencocokkan analisis teman saya Mas Budi bahwa hasilnya pasti berbeda, berhubung cuma punya swr saja kita belum melakukan test. Thanks.
January 22, 2012 at 2:11 am
m.syafii.rangkuti
asl mas mas minta skema antena rotary dipole buat all band ada ga ya aq pengen kali di ajarkan cara buatnya klaw rmh dekat sih aq dateng aja tapi mas rmh aq jauhhhhh kali di sumatra utara dah gitu mas aq juga wong katro alias ndeso mana ada yang pernah liat dalam peta gps tepatnya desa binjai dusun dua ga damai kec tebing syahbandar kab serdang bedagai prov sumatera utara.jadi tolong dikirimi mas ya skemanya biar tak buat suwon yo mas.niki emailqu syafii1205@gmail.com.nyuwon sewu yo mas wassalam
May 1, 2012 at 2:31 am
tecnosecure
om……mau tanya nich…saya pernah buat SWR meter dengan menggunakan kawat kuningan seperti punyaan MAL___.pas saya coba memang jarum SWR anya slalu berada di 1.5 saja…tapi kalo power pemancarnya di turunin baru dia mau turun cuman ga bisa nyandar….apa memang seperti itu om ya?
May 30, 2012 at 8:42 am
heru
om bisa minta daftar komponen yang dibutuhkan untuk membuat swr di 11. & 27 Mhz, sementara aku punya swr rusak dari pada dibuang sayang,
June 3, 2012 at 2:12 pm
Alexander
1CHS masih suka monitor sini gak ya, terakhir posting Januari
barusan saya buat rangkaian yang ini om, tapi ada sedikit keanehan, kenapa kalau dummyload (homebrew juga) di cabut SWR malah gak mau naik di kedua jarumnya ya? atau memang begitu?? kalau saya analisa dari rangkaiannya harusnya memang tidak naik jarumnya karena impedansi unlimited dan tidak ada arus yang mengalir di grounding coax CMIIW. Sedangkan Pada Pocket SWR memang naik jarumnya bila no load.
Saya tidak gunakan resistor yang menuju VU karena HT saya hanya 1 watt.
Tambahan informasi frequency VHF.
Untuk pocket SWR saya juga sudah buat, hal yang sama saya lakukan yaitu tidak menggunakan resistor ke VU dengan alasan yang sama seperti di atas.
February 10, 2013 at 5:20 pm
abdulah tamin
salam knal gan,,org jember, saya dah bikin swr meter sperti rangkaian diatas, pd psisi watt kecil -+ 4watt, jarum swr bisa nxender ke ttik 0, tp pas saya tmbah watnya ke skitar 25an tentu dg mgurangi ptensio forward dan reverse, tp ada prubahan, jarum swr naik sampai skala merah, pd waktu watt saya turunkan lagi, jrum swr tetap g mau turun, baru kalau vr jembatan dirubah lagi jarum swr bisa ke skala 0 lagi,,,,satu lagi, kaki dripada c5 dan c6 itu apa jumper antara r2 r3 ke jarum vu? Mhon penjelasannya gan,,,mturnuwun
March 27, 2013 at 11:07 am
GLENN LENgKEI
salam kenal dr saya nama pangilan Donny YD ! DZF lokal depok saya mau tanya kenapa SWR Maldol yg type HS 260s tdk bisa bekerja utk powernya ,kalau yg model lama Maldol HS 260 bisa powernya ,karena cara kerja ke dua swr berlainan kalau yg lama ada saklar on/of tapi kalau yg abal tdk ada /yg saya tanyakan bagaimana swr yg abal Hs 260S bisa dilihat poernya ok tks see you 73 bye
March 27, 2013 at 3:21 pm
entang muhta
salam kenal untuk YD1CHS….saya Entang Muhtar Biasa di panggil Ferdy YD1DJY lokal Cianjur….biasa stanby d 14.514. saya mau konsultan pak. saya ngetone 2sc2782 pus Full hampir 200W. kira kira 1 menit saya panteng swr Welz SX200 saya jadi ngaco,,,,saya buka ada resistor yang hangus. di pcb nya tertera R3 yang hangus itu, ….saya mau tanya pak berapa nilai resistor R3 yang hangus itu,,,,,saya tolong bantuannya pak,,,atas kebaikannya dan pertolongannya saya ucapakan terima kasih dan mudah mudahan bapak mendaptkan balasan kebaikan yang berlipat ganda,,amin,,,,
April 11, 2013 at 6:31 pm
dekos
salam kenal, sy dari cianjur bang… jadi kepengen lagi on air nih, kirimi dong rangkaian osilator yang mantap sampai final…. salut dan trim’s bang.
April 13, 2013 at 9:33 pm
ferdy.comp
main aja ke rumah saya ferdy.comp ke cimuti….tar dikasih conto rangkaiannya buat on air…..
April 13, 2013 at 9:34 pm
ferdy.comp
buat dekos kalau butuh pemancar saya ada stok 1 set mau di jual…..
April 26, 2013 at 2:10 am
rudi
untuk swr yg sampe 1Ghz ada gak om?gimanabikinnya?…..trims
July 12, 2013 at 10:18 pm
Agung Priyo
selamat malam OM Cholis,
saya mencoba membuat swr ini dengan sensornya menggunakan toroid (type Bruene) seperti yg biasa ada di rig komersial, namun jarum Ref nya nggak mau nyender, sementara nyerah dulu dan saya ganti sensornya dengan coax rg58, sengaja pake coax ini karena nggak buat main qro. tadinya pertimbangan saya pengin pake toroid karena ukuran box-nya nanti bisa lebih kecil dan bisa masuk saku. untuk yang pake coax ini saya bikin 10cm dengan harapan bisa lebih peka dan bisa sampai band terendah. sebenarnya rencana saya pengin lebih panjang lagi coax-nya namun nantinya tentu akan makan tempat. menurut OM Cholis, misal saya pake coax lebih panjang dan didalam box nya nanti saya tekuk berbentuk U, apakah akan pengaruh kepada tingkat kepekaannya tidak yaa? ato ada pengaruh yang lain lagi? tks sharingnya OM
October 22, 2013 at 6:07 am
ridho
pakai sistem bridge aja .. lebih bagus ..
mampir di blog saya ya
http://ridho26.blogspot.com/
June 18, 2014 at 8:57 am
singgih
OM Cholis, saya berhasil modif dan tanpa vr reverse ajuster tambahan jarum sudah bsa nyender walaupun tidak tepat di strip angka 1, naik dikit lah, tapi cukup bsa diterima, cuma yang aneh ketika power pake 50 pembacaannya jadi ngaco, jadi harus trim ulang trimpot 100 ohm penyeimbang jembatan biar bisanyender lagi, menurut om gimana solusinya?
July 11, 2014 at 9:33 pm
AGUS
CA 58 AGUS TO YD1CHS MAS SAYA BARU CALON ANGGOTA KEMAREN UDAH IKUT UJIAN DI BANDUNG MAS KALAU ADA SAYA MINTA SKEMA BIKIN ANENA PAENGARAH 1X7 SAYA LG BLAJAR BKIN SENDIRI BARANG KALI ADA TLONG Y KRIM RANGKAIAN Y KE EMAIL SAYA SAFARIAGUS@ROCKETMAIL.COM D TUNGGU Y TRIMA KASIH
August 13, 2014 at 7:21 pm
Firnando
OM kalau bikin sendiri SWR meter yang digabungin dengan microkontroler ATmega8535 apa2 yang diperlukan pada rangkaian nya OM? mohon penjelasannya ,, mksh,,
May 29, 2017 at 9:40 pm
Edy tjokro
Dear
YD1CHS
om jika berkenan untuk membuat SWR atau modifikasi budget berapa ya om.
Kalo berkenan bisa pesan gak om?
No contac saya 081326339205
May 14, 2018 at 5:58 pm
Jaybe
Salam kenal Mas Cholis,
Saya baru lihat page ini ingin coba modif swr m*l**l.
Potensio bawaan swr masih dipakai atau tidak?
Kalau dipakai istilah di uraian Mas Cholis, penyeimbang atau reverse adjuster?
Terima Kasih.
January 15, 2020 at 8:54 am
SWR Meter - Fungsi dan Kegunaannya | Ham Radio | YC8NYJ
[…] *referensi: Homebrew SWR Meter […]