This sharing was written in Bahasa Indonesia, for foreign readers please download english version here. English Version
Dari dahulu saya telah penasaran dengan sebuah RF Tool yaitu Antenna Analyser, karena secara cerdas ia mampu memberikan interpretasi terhadap nilai impedansi dan SWR dari seutas kabel sekalipun, padahal untuk menurunkan rumus impedansi sebuah antenna yang tidak standar bentuknya sangatlah sulit, kecerdasan alat ukur ini berkat sebuah jembatan resistive yang berfungsi sebagai timbangan. Metode dan teknik yang dipakai untuk membangun sebuah antenna alayser rupanya cukup beragam, mulai dengan menggunakan teknik paling sederhana yang membandingkan tegangan maju dan mundur sehingga terbaca hanya SWR-nya saja sampai dengan yang lebih rumit, yang mampu menampilkan berbagai informasi seperti frekuensi, SWR, Resistansi Input Antenna (R) dan Reaktansi Input Antenna (X) yang lengkap dengan polarisasinya, juga termasuk efisiensi antenna. Bahkan tidak sedikit antenna analyser tersebut dibangun dengan menggunakan mikrokontroller untuk menyelesaikan operasi-operasi matematika, penghitungan frekuensi, Huff-Puff bagi VFO-nya atau juga sebagai data logger bersama dengan sebuah PC atau Laptop.
Kali ini saya tertarik dengan sebuah metode yang cukup moderate, yaitu tidak terlalu sederhana namun juga tidak terlalu komplek. Operasi-operasi matematika, pembacaan frekuensi dan data logger via RS-232 ke komputer dilakukan dengan bantuan sebuah mikrokontroler AVR ATMEGA-8. Week end project ini cocok mensolusikan para AR yang sensitive terhadap cost, sehingga saya sebut dia sebagai “A Homebrew Poor Man Antenna Analyser [HPMAA] – Vector Methode“. Sebutan terakhir yaitu Scalar Methode mendeskripsikan metode matematis yang digunakan dalam week-end project ini. Metode ini cukup umum dan banyak digunakan dalam berbagai anatenna analyser komersial (misalkan MFJ) maupun homebrew. Beberapa design homebrew yang menggunakan metode ini diantaranya adalah VK5JST dan ZL2PD. Namun demikian, rancangan VK5JST yang paling populer, karena dia membuatnya ke dalam kit dan dijual secara internasional melalui South Coast Amateur Radio Club (SCARC) Australia, seharga sekitar Rp.1.5 Juta dengan ongkos kirim. Karena saya hanya berkonsentrasi untuk memenuhi rasa penasaran saya, maka saya memutuskan untuk membuatnya dengan komponen lokal dan penyesuaian-penyesuaian seperlunya. Pada saat menulis sharing ini, project belum komplit selesai 100%, karena tujuan utama saya adalah melakukan eksploring dan memenuhi rasa penasaran saya, sambil memberikan alternatif solutif bagi AR di YB-Land yang membutuhkan membuat Antenna Analyser sendiri dengan berbahan komponen lokal.
Beberapa modifikasi dan penyesuaian yang saya lakukan dari design asli VK5JST adalah sebagai berikut:
- Mikrokontroler, saya melakukan penggantian mikrokontroler dari versi aslinya PICAXE128 menjadi AVR ATMEGA-8, karena PICAXE tidak umum dijumpai di pasar lokal (khususnya Bandung). AVR jauh lebih gampang ditemukan, ATMEGA-8 harga normalnya hanya sekitar Rp.20.000/buah, sehingga cukup ramah bagi kantong kita. Karena mikrokontroler yang digunakan berbeda dari aslinya, maka saya harus memrogram firmware-nya sendiri dengan menggunakan basis teori matematika “Vector Analysis” yang diadopt oleh tool ini.
- Rangkaian dan PCB, beberapa blok rangkaian telah saya modifikasi diantaranya adalah bagian minimum system Mikrokontroler AVR ATMEGA-8 dan Ekstenal Pre-Scaler untuk Penghitung Frekuensi. Dengan demikian PCB juga berbeda dari aslinya, namun komponen layout saya sesuaikan dengan design asli. PCB saya design dengan menggunakan software gratis EAGLE, pada versi ini masih ada sedikit hal yang masih bisa diimprove. Namun demikian, PCB ini masih valid. Saya menggunakan design double side PCB, dimana salah satu sisi hanyalah clading ground dimaksudkan untuk memperkecil kemungkinan timbulnya parasitik, karena rangkaian bekerja pada band HF.
- Feature, feature atau fasilitas dari tool ini juga saya kembangkan berbeda dengan aslinya, yaitu mampu memberikan informasi hasil pengukuran frekuensi (Mhz), SWR, R (Ohm) dan X (Ohm) tanpa polarisasi, karena merupakan keterbatasan dari metode vector analysis. Selain itu, saya juga melengkapinya dengan kemampuan “Debugging Mode” dan “Data Logger Mode”. Pada posisi Debugging Mode, tampilan LCD akan memberikan hasil pengukuran jumlah clock untuk perhitungan frekuensi serta besar tegangan masing-masing detektor diode yang digunakan dalam pengukuran. Sementara pada Data Logger Mode, tool akan secara otomatis mengirimkan seluruh hasil pengukuran ke komputer melalui koneksi serial RS-232 (USART).
Untuk lebih memudahkan pembaca dalam mencerna sharing ini, maka saya tidak akan secara detail menggambarkan metode pengukuran yang digunakan didalamnya, yang melibatkan rumus-rumus matematika, hukum-hukum rangkaian elektronik dan logika-logika yang cukup membosankan. Namun cara kerja rangkaian akan saja sampaikan secara umum saja, sebagai berikut: Rangkaian ini secara umum terdiri dari 5 blok utama, yaitu:
- Voltage Regulator
- VFO (Variable Frequency Oscillator)
- Diode Detector
- DC Voltage Amplifier, dan
- Mikrokontroler
Voltage Regulator
Blok ini menggunakan komponen umum regulator tegangan yaitu 7812 (12 Volt) untuk supplay sebagian blok VFO dan Voltage Amplifier serta 7805 (5 Volt) untuk supply sebagian blok VFO dan Mikrokontroler. Tidak ada yang istimewa disini, namun regulasi yang baik terhadap tegangan masuk perlu dilakukan karena akan berpengaruh terhadap kestabilan VFO dan juga batas-batas kerja Mikrokontroler yang digunakan disini. Dalam rangkaian, saya masih menggunakan 2 buah 7805, terpisah untuk Mikrokontroler dan Sisa rangkaian lainnya, namun kita dapat menyatukannya cukup dengan satu buah 7805.
VFO
Design VFO asli tetap saya pertahankan, namun beberapa komponen dalam percobaan saya ganti dengan menggunakan komponen lainnya. Misalkan adalah transistor menggunakan 2N3904 dan 2N2222, Resistor 10 Ohm pada transistor pencuplik tegangan pada rangkaian feedback saya ganti dengan VR 1k Ohm untuk mencari titik terbaik feedback AGC. Walaupun rangkaian VFO didesain untuk mencover band HF sd 30MHz, namun dengan komponen yang saya gunakan, VFO dapat bekerja dengan baik hanya sampai dengan frekuensi 20MHz, frekuensi diatas 20MHz produksi sinyalnya bukan lagi sinusoidal murni, namun terkontaminasi dengan harmonik sehingga hasil pembacaan belum memuaskan (pada pengukuran beban 50 Ohm, masih terbaca beban > 60 Ohm) ini masih menjadi PR buat saya. Bentuk sinyal yang terbaca dari Oscilloscope terlihat cacat, walaupun masih dikenali sebagai sebuah sinyal sinusoidal. Bila ada perbaikan pada desain ini akan saya tuliskan pada part-part berikutnya.
VFO bekerja dengan dilengkapi sebuah rangkaian AGC. Penggenerasian atau osilasi dilakukan dengan tank L/C, dimana C dibentuk dari sebuah varco plastik monoband dan beberapa L untuk mengcover beberapa band frekuensi yang digerakkan dengan sebuah rotary switch 6 anak. Komponen aktif yang digunakan untuk menggenerasi osilasi adalah 2 buah transistor yang bekerja secara differensial, membuatnya mampu bekerja secara broadband. Sebuah buffer digunakan untuk mengosilasi oscillator dengan tingkat selanjutnya, disitu juga sinyal keluaran dicuplik untuk kemudian disearahkan dengan sebuah diode menjadi tegangan DC yang berayun sesuai dengan amplitudo sinyal tergenerasi. Tegangan DC ini kemudian menyetir sebuah transistor yang difungsikan layaknya sebuah potensiometer, yang akan mengecil resistansinya saat input yang berupa tegangan DC tadi membesar dan sebaliknya. Kala terjadi pembesaran resistansi antara kutub Collector dan Emitter dimaksud, maka arus yang melalui kedua transistor penggenerasi osilasi menjadi kecil, akibatnya gain juga mengecil, maka amplitudo sinyal keluaran juga akan mengecil. Demikian seterusnya, sehingga efek AGC dapat terjadi. Untuk mendapatkan amplitudo yang cukup besar pada diode detector, maka sinyal keluaran oscillator ini dikuatkan lagi dengan 3 tingkat broadband small signal amplifier.
Diode Detector
Diode detector yang digunakan dalam metode scalar analysis menggunakan 3 buah titik ukur, yaitu Vin adalah tegangan masukan ke diode detector, V50 tegangan pada sisi timbangan resistif 50 Ohm, dan Vout tegangan pada beban yang sedang diukur. Dengan melakukan evaluasi terhadap ketiga tegangan ini maka akan diketahui nilai input impedansi beban yang sedang diukur serta SWR-nya. Diode detector dibangun dengan diode germanium misalkan 1N34 atau sejenisnya, karena diode ini merupakan jenis rectifier diode yang dapat bekerja sampai band HF serta memiliki arus maju yang cukup kecil, sehingga memiliki akurasi diode detector akan menjadi lebih bagus kalau dibandingkan menggunakan jenis diode silikon yang memiliki arus maju lebih besar seperti 1N4148. Walaupun demikian, bukan berarti diode silikon tidak bisa digunakan disini. Dengan menggunakan diode silikon seperti 1N4148, maka anda akan kehilangan sedikit akurasi dari diode detector. Karena sifat alami diode yang tidak linear diawal-awal saat ON, maka dapat mengakibatkan ketidakakuratan pada daerah tersebut dan menjadikannya salah satu kelemahan dari diode detector. Pada metode-metode pengukuran antenna analyser lainnya, detector jenis ini dihindari dalam rangka mendapatkan akurasi lebih namun dengan menambah kompleksitas rangkaian.
DC Voltage Amplifier
Blok ini memiliki 2 fungsi sekaligus, yaitu mengkompensasi ketidaklinearan diode diatas dengan memberikan rangkaian feedback negatif dengan memanfaatkan diode yang identik dengan yang digunakan pada diode detector dan juga untuk memperkuat tegangan DC yang akan masuk ke mikrokontroler, yang dilengkapi dengan sebuah pengatur gain sehingga besar tegangan yang akan dijadikan sebagai input perhitungan dapat diadjust sesuai dengan kondisi idealnya. Pengatur gain ini merupakan kompensasi dari ketidakidealan pada diode detector, misalkan ketidakidentikan resistansi dalam diode, besarnya resistansi dan sebagainya. Blok ini dibentuk dengan memanfaatkan OP-AMP murah meriah, yaitu LM324, TL084 atau TL074 saling dapat menggantikan. Jenis OP-AMP lain juga bisa digunakan dengan penyesuaian letak kaki-kaki OP-AMP.
Mikrokontroler
Mikrontroler menerima dua macam input eksternal, yaitu ketiga tegangan keluaran DC Voltage Amplifier yaitu Vin, V50 dan Vout dan Sinyal Clock dari Pre-scaler eksternal untuk digunakan menghitung frekuensi. Keluaran dari DC Voltage Amplifier masuk ke mikrokontroler melalui 3 buah port ADC (Analog to Digital Converter), sementara sinyal clock melalui TCK0. Ketiga tegangan masukan DC dimaksud kemudian diolah untuk mendapatkan nilai yang ditampilkan ke LCD berupa Input Impedansi Antena R dan X serta SWR, sementara sinyal clock setelah diproses akan ditampilkan dalam bentuk Frekuensi (MHz). Saya melengkapi sebuah port pemrograman in circuit sehingga kita tidak perlu mencabut IC mikrokontroler dari socket-nya ketika kita melakukan programming terhadap mikrokontroler. Selain itu port komunikasi serial via RS232 (USART) juga disediakan untuk digunakan sebagai logger. Terminal untuk mengaktifkan menu maupun sending data ke PC juga tersedia, termasuk terminal untuk melakukan resetting mikrokontroler. Pengatur backlight dan contrast LCD disediakan dan terinstal pada PCB, sehingga mudah untuk mengatur penampilan LCD. Untuk memudahkan instalasi LCD, disediakan port khusus yang bisa dipasang dan dilepas. Karena secara teori dengan Xtal clock 8MHz mikrokontroler hanya mampu mengukur sinyal masukan setinggi 8MHz, maka saya menambahkan sebuah prescaler eksternal sebelum masuk ke mikrokontroler. Prescaler berfungsi untuk menurunkan periode pencacah/sampler. Sebuah penguat depan sederhana ditambahkan untuk memperkuat amplitudo sinyal sebelum masuk ke prescaler.
PERFORMANSI SEMENTARA
Saya menyebutnya sementara disini, karena memang week-end project ini belum selesai 100%, masih saya kembangkan dan evaluasi, sebab tujuan utama membuat tool ini memang untuk mengobati rasa penasaran saya terhadap tool antenna analyser. Secara umum antenna analiser ini cukup akurat dalam menerjemahkan nilai load resistive murni yang saya gunakan, yaitu mulai 26, 50 dan 110 Ohm pada range frekuensi antara 1.6 sd 18 MHz. Pada frekuensi diatas 18MHz pembacaan mulai tidak akurat. Setelah dievaluasi hal ini disebabkan oleh sinyal keluaran VFO diatas 18MHz masih belum berbentuk sinusodal sempurna sehingga sinyal tersebut memiliki harmonik yang cukup banyak, yang menyebabkan response load akan memberikan resultan untuk beberapa frekuensi sekaligus, baik fundamental maupun beberapa harmonik frekuensi yang diproduksi oleh VFO. Improvement terhadap performansi VFO ini masih menjadi PR saya dengan tetap menggunakan komponen lokal. Material terkait dengan week-end project sampai dengan tahap ini dapat didownload dibawah ini, dapat bila ada perbaikan akan saya tuangkan dalam update pada part-part berikutnya.
FILE-FILE PROJECT
Development Diary This diary describes several added information and proggress during development, It has not been over yet and will be update to the next reports.
YD1CHS_HPMAN_AT8.hex [Please remove a pdf extension *.pdf to become *.hex]
PCB was designed using double layer in order to minimize a parasitic effect since it was worked at High Frequency (HF). Please keep the connection as short as possible. Left PCB is the top layer, it should be connected into ground lead on the bottom layer.
The left PCB is bottom layer. Several added connection are required, please refer to the Development Diary above. I will update the PCB on the near future at next blog page, so that please stay tune on this blog.
48 comments
Comments feed for this article
October 25, 2010 at 5:27 pm
Indra S
Waduh mas, kok bagus sekali artikelnya, saya juga mau buat, tapi terkendala picaxe gak nemu di Surabaya. Artikel / experiment ini belum tuntas ya mas ? Saya lihat kok masih part – 1.
Saya tunggu dan ikuti mas, thanks.
October 25, 2010 at 6:52 pm
YD1CHS
Dear OM Indra S,
PICAXE digunakan pada versi VK5JST, project ini menggunakan AVR ATMEGA-8 yang mudah dicari dipasaran. Kalau di Surabaya coba cari saja di Pasar Genteng LT.2 salah satu tokonya namanya Eltek … ada dipojokan, saya kira AVR banyak disana.
Yaa … memang benar seperti yang saya ceritakan ditulisan, bahwa project ini belum tuntas 100%, salah satu PR yang masih saya lanjutkan disesuaikan dengan ketersediaan waktu saya, yaitu VFO diatas 20MHz dengan design tetap atau yang beda.
Sementara itu Firmware untuk mikrokontroler saya kira sudah cukup OK kok, walaupun tidak menutup kemungkinan dikemudian hari saya tambahi fasilitas-fasilitas yang lebih lengkap.
Demikian OM, monggo kalau pengen mencoba, semua resources untuk project ini bisa didownload disini kok …
Regards,
Cholis Safrudin YD1CHS
October 26, 2010 at 8:07 am
Indra S
Yang jadi pikiran memang oscillatornya, saya bahas dengan teman saya di sini, punya anda apa stabil, apa ada driftnya / tidak ?
Saya sudah buat oscillator punya ZL2PD, dia ada artikel antenna analyzer juga, baik analog / digital. Saya gabung dengan FLL buat locking, maunya saya gabung dengan sweep generator, dan coba dengan variance impedance bridge ( pakai R, atau pakai trifilar plus VR & VC, atau pakai RLB ).
October 26, 2010 at 9:12 am
Budi H
ok banget artikelnya . tlg kalo bisa dicantumkan hex dengan bahasa c .supaya kita bisa modif utk beberapa hal.trims
October 26, 2010 at 4:57 pm
YD1CHS
Dear OM Indra S,
Tentang drift pada VFO pasti terjadi OM, sebab ini murni VFO tanpa FLL ataupun Huff-Puff, memang saya kepikiran untuk menambahkan sebuah algoritma FLL disini, namun mungkin masih next project nich … hehehe. Walaupun VFO mengalami Drift namun sepertinya tidak begitu mengganggu saya, sebab Freq Counter saya design hanya tampil 2 digit saja dibelakang koma, sementara hasil pembacaan walaupun berubah, namun masih accepteable dengan mata saya … hihihi.
Yaa, saya kebetulan juga melihat VFO versi ZL2PD yang menggunakan IC untuk VFO, namun saya yakin performansinya (drift) tidak akan jauh berbeda dengan versi VK5JST … hehehe
Please share info ke saya donk, kalau OM punya VFO cocok dan stabil untuk tool ini … thanks.
Regards,
Cholis YD1CHS
October 26, 2010 at 5:00 pm
YD1CHS
Dear OM Budi,
Wah mohon maaf euy, saya tidak menguasai C language … hehehe, firmware saya develop dalam bahasa BASIC … lebih kampungan dibandingkan C hehehe ….
Regards,
Cholis Safrudin YD1CHS
October 26, 2010 at 7:20 pm
Sichere Geldanlage in Deutschland
Wow!! I love what you are doing! I need to relook at screen toaster! Informative and interesting post!!!keep it up..
October 27, 2010 at 9:08 am
Budi H
ok no problem sama-sama belajar boss….tp kalo bisa dicantumkan dong basic language dan compilernya pake apa….sy sangat tertarik puoolll… dgn project anda. sekedar info sy & om indra udah pernah buat dds dgn AVR1200 mungkin bisa dijadikan pengganti vfo biar lebih stabil gitu loohh…thk utk jawabannya………………
November 1, 2010 at 10:08 am
Leo Klaten
Dear Om Indra S ,
Maaf ini Topiknya laen.
Om kemarin saya dah donwload blekok versi 2.0 dan versi 3.0, kendalanya :
Maklum saya baru belajar, untuk blekok versi 2 : mohon dikasih keterangan untuk :
1. Cx & Cy : nilainya brp ? ( berdasarkan pengalaman )
2. Untuk Lilitan yg digunakan ? (baik diameter kawat+lilitan, jmlh lilitannya)
Utk Blekok versi 3 kok blm ada keterangan komponen yg digunakan om….
MOhon kalau ada foto2nya sekalian ditampilkan. kirim ke email : hary.ajalah77@gmail.com
Makasih sebelumnya.
Hary Klaten
November 1, 2010 at 2:11 pm
Leo Klaten
Dear Om Cholis,
Makasih Info dan bantuannya Om. ..
Akan segera saya coba. Salam utk semua rekan2.
73
November 13, 2010 at 5:16 am
YOKE KURNIA
Kayaknya sangat menarik ya….Wah salut sama Om Cholis udah mereview Topik Antenna alalyzer. Apa salahnya VFO mengadopsi milik MFJ 259 & MFJ 259B ,setahu saya P.Pardi (YB3DD) juga produksi analyzer ,tetapi untuk VFO menggunakan JFET tipe J310 kayak punya MFJ,dan hasilnya ok banget, untuk rangkaian MFJ 259 dan 259B bisa dilihat di :
http://www.cqham.ru/sch_eng.html teman – teman kalo ada inspirasi bantu dooong,biar ok Project ini
de YC3LVX – Yoke
November 22, 2010 at 9:43 pm
YD1CHS
Dear OM Yoke YC3LVX,
Hehehe … thanks OM Yoke link-nya, sudah saya download schematic MFJ-259-nya. Benar antenna analyser ini sudah berfungsi dengan cukup baik pada frekuensi < 18MHz. Sebenarnya sudah bisa digunakan untuk 80M sama 40M, band dimana YD masih boleh nimbrung 🙂
Nggak tahu yaa, kadang-kadang saya suka malas banget nyolder, kadang semangat namun seringnya kendor … hehehe, kebetulan belum nyoba kembali tipe-tipe VFO yang lain …
Gimana, OM Yoke apa ada suggestion yang lain?
Regards,
Cholis Safrudin YD1CHS
November 27, 2010 at 11:51 am
Indra S
Mas Cholis, oscillator yg saya coba bikin itu tipe Franklin yg pakai FET back to back, bekerjanya gak stabil, frequensi bisa lompat2, stop, dan jumping. ( 4 Mhz, stop, langsung jump ke 6 Mhz ), dan berhenti sama sekali di 8 Mhz. Saya blm coba kalau pakai transistor seperti skema di atas, apa ada kemungkinan seperti itu juga. Penyebabnya belum ditemukan.
Dari pada mangkrak, saya ganti pakai Hartley, terbukti HF bisa tercover.
BTW, Mas Budi teman saya, bilang, di rangkaian Mas banyak jumpernya, he3 apa gak “berbaahaaayaa” ??
Sekian dulu Mas. Good Luck for your experiment.
November 27, 2010 at 1:03 pm
YD1CHS
Dear OM Indra,
Benar beberapa saya jumper terutama di mikrokontroler, sebab memang komponen lcd, reset, prog, dan write saya design berada diluar pcb. Untuk rangkaian vfo hanya ada 2 jumper, satu di power supply satu lagi dioutput yg menuju ke frequency meter. Tidak banyak sebenarnya, krn saya khawatir muncul parasitik yg merugikan. Jumper lainnya ada pada rangkaian dc amplifier, disitu nggak ada lagi rf, jd mustinya isu parasitik hrsnya aman.
Tapi memang design pcb saya buat single layer, layer satunya cuman ground, shg jalur bisa mutar-muter kemana mana hehehe
BTW, tks advice-nya sebagai bahan improvement nanti. Share donk experimen OM via email ke saya.
Have a nice day
November 28, 2010 at 8:16 pm
diankurniawan
gimana kalau pake DDS biar VFO nya bisa sampai 40 MHz OM cholis
November 29, 2010 at 7:35 am
YD1CHS
Dear OM Dian Kurniawan,
Thanks mampir disini juga, saya juga sempat beberapa kali mampir di blog Om yang sangat futuristik project-nya dan menarik … lanjutkan OM, sukses buat OM.
Wah DDS kayaknya buat saya cumi “cuma mimpi” saja OM, habis harganya selangit dan itu lho … dapetnya musti import segala … ihik-ihik-ihik
Kalau saja ada yang jual disini dengan harga outlet yaaa … hihihi
BTW, thanks yaa OM Dian sarannya, sepertinya saya harus dapat at least satu buah DDS lah someday, biar pernah merasakan memogram dan melihat performance-nya … InsyaAlloh.
Have a nice day OM …
Best Regards,
Cholis Safrudin YD1CHS
December 2, 2010 at 5:12 pm
hem
OM Cholis.. sampeyan kok puinterrr temenan seh… saya baru mo blajar pic.. lha sampeyan malah sdh selingkuh sama AVR ATmega…
December 15, 2010 at 1:30 pm
AVGR
where is the source code . please post source code so we start experimenting result and post
December 23, 2010 at 10:12 am
Eddy Prayitno
Untuk Antenna Analyzer ini sudah ada yang lengkap jadi?
Apakah bisa dapat dalam bentuk kit termasuk komponennya atau pcbnya aja dan berapa “mahar” yang harus disediakan unutk penggnti “pusaka” yang langka ini.
73, Eddy Prayitno
December 29, 2010 at 1:40 pm
YD1CHS
Dear OM Eddy Prayitno,
Kebetulan masih prototype dan hanya hobby saja OM, tidak diproduksi, semua resources bisa didownload disini – schematic, layout PCB dan rirmware.
Regards,
Cholis Safrudin
January 25, 2011 at 9:39 pm
saint semar
suwun bos. semoga ilmunya makin dibagi makin ditambah.amin
April 15, 2011 at 10:56 am
Shemika Vails
Hey would you mind sharing which blog platform you’re working with? I’m going to start my own blog in the near future but I’m having a hard time deciding between BlogEngine/Wordpress/B2evolution and Drupal. The reason I ask is because your layout seems different then most blogs and I’m looking for something completely unique. P.S My apologies for being off-topic but I had to ask!
April 15, 2011 at 5:00 pm
YD1CHS
Hi … Semika Vails,
Drupal or Joomla is very good kind of CMS (Content Management System), so you can design your personal template … different with other sites …
My blog is using standard templete, I only changed the header image.
You should try them …
April 18, 2011 at 7:50 pm
Darrick Mazzawi
I actually extremely prefer anything you place in this article. Incredibly insightful plus intelligent. One situation however. I’m operating Safari by using Debian plus parts within your current style types absolutely are a minimal wonky. I actually realize it’s not much of a common put in place. Nevertheless it’s a specific thing so that you can have in view. I actually trust not wearing running shoes might enable plus always keep in the prime level of quality crafting.
June 26, 2011 at 11:18 pm
magvir
Nice Info ..
Thanks
July 12, 2011 at 11:45 am
suherman syah(YD6LHG)
om klo di derah saya gak bs nemu komponen nya bs minta tolng kanb om yg carikan komponen nya nanti biaya +ongkoskirim saya transfer kan om tolng ya??????
August 5, 2011 at 11:24 pm
Kasie Relph
I’m really amazed with your creating skills as well as with the format on your weblog. Is that a paid concept or did you customize it yourself? Either way retain up the great high quality crafting, it is unusual to see a good blog prefer this one today.
August 22, 2011 at 5:23 am
YD1CHS
Hi Relph,
Thanks for visiting my humble blog. This blog’s format is one of the standard wordpress theme which was customized on at its header background. My goal is only to deliver a simple blog for every visitor who is visited here. Im my humble opinion, content is everything, meanwhile the layout is only emphasizing.
Have a nice day, Cholis Safrudin YD1CHS
August 22, 2011 at 7:11 am
YD1CHS
Hi OM Suherman Syah,
Sama dengan reply saya terhadap pertanyaan OM, urusan komponen dicoba saja menghubungi toko-toko berikut (note: saya tidak memiliki hubungan bisnis apapun dengan daftar toko dibawah ini), silakan kontak langsung ke mereka:
1. Toko Sumber Elektronik (SELC), Jl. Jakarta No.36A Bandung (022-7215656, 7210909) atau Jaya Plaza Lt. Dasar Blok D7 Bandung (022-7206056) 2. Toko Central Elekctronic, Jaya Plaza Lt. Dasar Blok B4 Bandung (022-7204361, 08122484965) Bandung, website: http://www.centralelectro.com 3. Toko I.want, Jaya Plaza Lt. Dasar Blok G.9 Bandung (022-7231002, 7217666, 70702465, website: http://www.iwantelectronic.com
Demikian OM Suherman, semoga dapat terbantu denga info ini.
Regards, Cholis Safrudin YD1CHS
November 9, 2011 at 3:15 pm
Indra Sung
Mas, apa sudah pernah baca link ini http://pa0fri.home.xs4all.nl/Diversen/VK5JST/Ant%20analyzereng.htm
………..The signal on TP1 is amplified by IC1a and IC1d and two 1N4148 diodes are used to control the signal level at the emitter of Q10. The control voltage to the diodes is supplied through a 1 kΩ resistor and TP1 maintains its sinusoidal shape……………..
semoga bermanfaat.
November 9, 2011 at 3:36 pm
YD1CHS
Hallo Mas Indra, terimakasih banyak infonya, saya coba cek ke link tersebut, saya kemarin sdh mulai frustasi untuk mendapatkan sinyal sinusoidal sempurna utk rangkaian ini, dan kebetulan ada alternatif lain dg menggunakan DDS, namun DDS lebih mahal implementasinya.
Sekali lagi thanks infonya Mas Indra.
Powered by Telkomsel BlackBerry®
November 14, 2011 at 1:44 am
An Ironic Moment from the Michigan GOP Debate
Small, but not insignificant,…
this gesture of active empathy tells much about the man who extended it. He’s a nice guy in a season of nastiness, a trait that may also be his greatest political failing….
July 11, 2012 at 9:02 pm
Ameer khan
Dear friend
I propose to homebrew the Antenna analyser described by u as above.
Please advise me whether there is any modifications to the design now, or this is the latest version.
my email id is vu3sqm at gmail dot con
September 9, 2012 at 5:29 am
krisna
mas code hex nya ga bisa dibuka walau sudah di rubah extension nya
September 9, 2012 at 8:06 am
krisna
hehehe sudah bisa OM…maap saya agak oneng…maju terus ya om smoga di tambahkan pahala yang banyak…..best regard
October 14, 2012 at 8:30 pm
rudi kamarga
OM Cholis Safrudin; aku mohon izin tulisan yang ini dimuat di sini ya :
http://amatirindo.com/index.php?option=com_content&view=article&id=406:a-homebrew-poor-man-antenna-analyser-hpmaa-scalar-methode-1st-report&catid=51:teknik&Itemid=41
Sumber tetap disertakan dan tulisan ini tidak ada perubahan sedikit pun, Terima kasih yaaa…. 73 de yd1dkq 🙂
October 19, 2012 at 4:45 pm
Attila
Hello Dear Om!
Please grant it how it is necessary to portray it the fuse bits at the time of burning. ( codevision )
Thank you very much!
73’s de ha6ifx Attila
January 5, 2013 at 3:19 pm
Indra S.
Mas Cholis, coba buka referensi ini, mungkin berguna :
http://neazoi.com/20KHz-65MHzSineOsc/20KHz-65MHzSineOsc.htm
April 13, 2013 at 5:45 am
rudik.wid
Check in Ikut muter isi kepala dulu…mau coba yang analog odong odong dulu karena lagi perlu banget…. this project and others is overwhelming me selalu 🙂 seharusnya Yengki Bravo Om Cholis ini, saya meng-endorse Om Cholis untuk YB1CHS honoris causa 😀
April 21, 2013 at 4:11 pm
ashraf7k@yahoo.com
Thanks for the nice project, i want to build it in near future.
But i can not download the hex file now and a bit difficult to understand the Schematic drawing.
April 28, 2013 at 3:45 pm
Ashraful
Hi Dear OM,please could you send me the hex file so that i can try to burn in to Atmega8, thanks and 73
July 26, 2013 at 6:58 pm
rudikwid
Hallo Om Cholis, Apa kabar 🙂
menurut info bahwa PICAXE 28X ternyata adalah PIC16F873A. namun bagaimanapun, saya tetap sabar menunggu perbaikan VFO dari karya anda ini … semangat (Y)
November 14, 2013 at 9:50 pm
suhermansyah (yd6lhg)
klo hpmaa nya brapa an om karna nyoba bikin gagal terus….heheheh…..ke email aja ya.
November 19, 2013 at 11:23 pm
Ameer Khan
Hello,
Project still ” to be continued ”
What is the repeatablility of the project …?
Ameer Khan
March 1, 2014 at 1:55 am
Panca Saraksa
brp duit jadinya gan ?
May 8, 2018 at 7:11 am
Eko Adi sukiswo
Om Nur, harganya berapa ya ?
May 8, 2018 at 7:17 am
Eko Adi sukiswo
Dear Om Nur, harganya berapa ya ?
October 8, 2018 at 10:16 pm
Eko
Dear Om Cholis, masih adakah HPMAA yg Anda bikin ?