Saat itu tidak tahu kenapa, saya ingin QSO di 80M namun antenna system saya belum ready untuk melakukan komunikasi dengan menggunakan antenna band lain eksisting. Kebutuhan ini membuat saya berpikir untuk memperkerjakan a very old variable capacitor (varco) saya menjadi sebuah antenna tuner.
Pertanyaan mendasar kenapa antenna tuner diperlukan, sepertinya sekilas dan sederhana telah terjawab dengan cerita saya diatas, namun tidak sedikit AR (Amateur Radio) yang tahu fungsi utama ATU (Antenna Tuning Unit) ini dengan pasti, mungkin saya salah satu AR yang belum banyak mengetahuinya. Saya akan coba sharing disini sebatas knowledge saya terhadap si penyelamat RIG Solid State ini.
Sudah banyak diketahui, bagaimana konsekuensinya bila kita memaksakan RIG kita untuk bekerja pada sistem antenna yang tidak matched terhadap saluran transmisi dan port antenna RIG yang 50 Ohm? Saya yakin banyak AR yang menjawab … wah kasihan RIG-nya, bisa jebol transistor finalnya … ! Nah, ATU sebenarnya seperti sebuah cermin dua arah, cermin pertama yang berhadapan dengan RIG memberikan gambaran bahwa RIG seakan-akan melihat antenna dalam kondisi matched, sementara cermin satunya memberikan gambaran “riil” kondisi antenna dan saluran transmisi yang tidak matched. Dengan demikian RIG bekerja optimum tanpa khawatir merusak transistor final, namun semua ini tidaklah cuma-cuma, rangkaian ATU mengintroduce loss power pada rangkaiannya, sebuah konsekuensi logis menurut saya.
Berbicara tentang ATU, kita akan menemui banyak variannya, diantaranya adalah tipe L-Matcher (bentuk rangkaian seperti huruf L), T-Matcher (bentuk rangkaian seperti huruf T), Phi-Matcher (bentuk rangkaian seperti simbol PHI) dan Z-Matcher. Ke-tiga varian ATU pertama (L, T, Phi) membutuhkan sebuah komponen Variable Inductor didalamnya, sementara Z Matcher tidak membutuhkan, cukup 2 buah Varco. Karena saya tidak memiliki variable inductor, maka saya memutuskan untuk membuat Z-Matcher, toh fungsinya kan sama semuanya. … hehehe.
Setelah melalui searching dan reading dari berbagai sumber, maka saya akhirnya putuskan untuk menyontek karya AR luar sono yaitu W6SAI, yang juga pernah diulas sampai lemas oleh Jawara Antenna Amateur Indonesia (Bapak Bambang YB0KO). Beberapa image rangkaian disini saya kutip dari tulisan Beliau, maaf Pak Bams untuk siar ilmu boleh kan? hehehe …
To the point saja, rangkaian Z-Matcher yang saya buat adalah seperti pada gambar dibawah, yang terdiri dari 3 komponen utama, yaitu Induktor L1 sebagai coupling antara RIG dengan antenna, dan 2 buah Varco C1 dan C2.
Nilai C1 sebenarnya adalah 200-350pF, karena saya memiliki varco dengan 4 gang dengan total kapasitansi sekitar 1000pf, maka C1 saya ekspand untuk bisa swing dari beberapa puluh pF sampai dengan 1000pF. Sementara itu C2 yang seharusnya hanya 2×200-350pF, saya manfaatkan total keempat gang-nya sehingga masing-masing bisa swing mulai dari beberapa puluh pF sampai dengan 500pF. Sementara lilitan saya tidak terlalu melakukan modifikasi, dan patuh dengan saran OM YB0KO yaitu kata Beliau L1 adalah 14 lilit kawat email 1.6 – 2 mm, dengan spasi pada koker diameter 4,5 cm, sehingga didapati panjang L = 9.5 cm. Tap pada lilitan ke 7 (center tap) dan 10. Sementara, L2 = 4 lilit kawat email 2 mm, dililitkan diatas lilitan terbawah (sisi Grounded atau cold end) dari L1.
Rangkaian Z Matcher ATU ini selain dapat digunakan untuk antenna jenis un-balanced misalnya ground-plane juga bisa support untuk antenna balanced misalnya dipole, cukup mengarahkan switch yang ada dibelakang ke jenis antenna yang sesuai.
Box saya buat dari bekas regulator tegangan cpu, saya dapat second di pasar cikapundung seharga Rp. 10.000,- kemudian lilitan saya lilit pada pipa penyambung PVC dengan diameter kira-kira 4.5 cm. Lalu kedua varco diputar dengan menggunakan socket volume radio, tanpak pada bagian depan saya siapkan dua buah lobang untuk nantinya ditambahkan rangkaian SWR meter dan Signal meter. Oh yaa, karena pada bekas box regulator tersebut banyak terdapat lubang, maka saya menutupnya dengan PCB polos, hal ini untuk mencegah keluarnya radiasi dari box.
Cara menggunakan Z-Match ATU adalah sebagai berikut:
1. Pasang input ATU dengan output RIG dengan coax RG-8 atau RG-58, yang penting impedansinya bersesuaian dengan 50 Ohm, melalui sebuah SWR Meter, sehingga kita bisa terus mengamati apakah SWR saat itu bagus atau tidak.
2. Posisikan switch jenis antenna dibelakang ATU sesuai dengan tipenya, Un-Balance (misal: Ground Plane), Balanced (misal: Dipole atau Sloper Dipole), lalu pasang antenna pada output ATU.
3. Posisikan RIG pada band yang anda inginkan, misal 80M, posisi Receiver. Putar perlahan Varco 1 dan Varco 2 (bergantian) sampai terdengar statik noise paling besar, hal ini mengindikasikan bahwa rangkaian penyesuai impedansi matched dengan jalur transmisi 50 Ohm. Pada kondisi ini, posisi Varco 1 dan Varco 2 biasanya sudah pada posisi hampir optimum.
4. Tuning selanjutnya dilakukan pada mode TX, pertama set keluaran TX dengan power kecil saja (misal 10 Watt), lalu atur Varco 1 dan Varco 2 sampai didapai pembacaan SWR terkecil.
5. Setelah OK, naikkan power TX anda, nah sekarang anda siap untuk ber-QSO … tanpa khawatir transistor final anda jebol … hehehe.
Saya ingatkan, hati-hati melakukan tuning pada power maksimum (QRO), radiasinya bisa menyelomot tangan anda. Jadi tetap lakukan tuning pada power kecil (QRP), dan ada baiknya anda ground box ATU tersebut.
Z-Match ATU ini sudah menemani saya sampai saat ini, biasanya saya pakai di band rendah 80M, karena itulah gunanya ATU buat kami para AR dengan limited space QTH, dan minimum antenna system.
Sejauh yang saya tahu, terdapat 2 macam performansi dari sebuah ATU yaitu band coverage-nya dan effisiensi-nya. ATU yang baik adalah dapat mengcover seluruh band amatir dan memiliki effisiensi tinggi atau power loss di rangakaian ATU sekecil mungkin. Karena saya tidak dapat mengukurnya maka saya tidak memberikan komentar banyak disini, cuman satu komentar saya, ATU ini cukup membantu saya dan membuat RIG saya tidak terlalu berkeringat.
Ok, have a nice day.
Regards
YD1CHS
42 comments
Comments feed for this article
September 12, 2009 at 11:39 am
YD1CHS
Comment disini …
October 4, 2009 at 5:44 pm
Andri Yoshana
Om, Cholis Safrudin YD1CHS
Saya juga telah menyelesaikan Z mather ini hari minggu kemarin tanggal 27 September 2009. Sebetulnya file rangkaian ini pernah dikirim unclebam yb0ko/1 sekitar awal tahun 2009. Kebetulan Varco besi di sukabumi masih gampang dicari harganya Rp.10.000. Saya telah memborong 5 buah. Saya juga mendapatkan di pasar cikapundung bagian barat lantai dua dengan harga 35.000 dan kualitasnya lebih bagus. Kesulitan saya yang membuat tertunda karena mencari e-mail ukuran 2 mm. Niat untuk merealisasikan makin kuat setelah melihat om mempublishnya pada situs ini.
Setelah membaca kembali file dari unclebam, ternyata kawat e-mail 1.2 mm tidak masalah. Di sukabumi saya dapatkan maksimal cuma 1 mm. akhirnya lilitan tetap saya buat. Saya menggunakan koker dari sambungan pipa PVC 1.5 inch.
Antenna saya mempergunakan jenis monopole sepanjang 12 meteran dengan loading coils 80 uH. Antenna saya gunakan satu sayap saja karena memang tidak bisa membentang lebih dari itu. Walaupun sebetulnya Antenna Chris Arthur VK3CAE’s 80M Loaded Dipole yang om pernah buat, loading coilnya sudah saya siapkan. Sedikit perbedaan dengan rancangan Om, untuk membuat coils 65 uH saya lilit e-mail 1mm pada pipa pvc 1 inch sebanyak 82 lilit sedangkan padas tulisan yang om buat 60 lilit. Apakah kesalahan ada pada LC meter homebrew teman saya, e-mail yang saya beli bukan 1 mm atau pipa 1 inch itu diameter luarnya. Karena pvc 1 inch itu ukuran luarnya 1.25 inch. Akhirnya saya pending dulu dan gunakan antenna yang panjangnya 12 meteran tadi. Loading coils ditempatkan setalh 10 m sisi dalam dan sebelum 2 meter sisi luar.
Feed point 7 meter, antenna satu sayap yang Cuma 12 meter tadi sloping yang salah satu ujungnya saya sambungkan ke pipa pvc 1 inch ketinggian 4.5 meteran. (3.5 meter bekas buat coils dan dipaku kayu atap rumah).
Dengan FT 80 C, dan tuning Z mather sesuai yang dipersyaratkan (noise level tertinggi) Bisa digunakan untuk check in sampai ke Gowa diterima 5,7. Untuk Jabar net di bandung selatan Pak indra cowboy YD1CBY menerima 5,9, diterima di subang 5,5 QRM. Jakarta dan Bogor 5,9. Palembang, Kalimantan dan Jawa Timur rata-rata 5,7. Sayangnya teman-teman di sukabumi sendiri tidak bisa mendengar saya . Kecuali tetangga saya yang jaraknya 5 km (parungkuda) dari tempat saya cicurug. Maklum antenna yang pas-pasan om. Saya sendiri nanti akan membuat VK3CAE dengan bentuk huruf U terbalik selain Cobra antenna (trims yb0ko/1) untuk lahan terbatas, pengganti antenna yang saya pakai sekarang.
Dengan tuning yang pas Z mather ini bisa digunakan untuk 40 meteran dimana sekarang mulai bisa digunakan untuk YD.
Bagi rekan lain yang ingin merancang hati hati dengan varco C1 karena saya terkena aliran RF-nya. Saya baru pertama disetrum RF he.. he rasanya tidak seperti kesetrum listrik PLN 220 V. Tetapi seperti ditusuk solder dan telunjuk saya luka bakar bergaris 5 mm. Terus jangan lupa casing yang baik karena melakukan pengetesan dengan sering nengok ke dalam rangkaian casing yang terbuka membuat kepala saya pusing mungkin karena induksi gelombang elektromagnetiknya. Perhatikan ”safety first”. Jangan sampai pengalaman accident dengan Z mather ini terulang.
Terima kasih om cholis atas ide yang telah terealisasikan seperti Z mather ini karena membuat saya terpacu lagi untuk ber homebrew ria dan kemajuan radio amatir. Terima kasih juga unclebam banyak memberikan trigger untuk kemajuan per-antenna an di bumi pertiwi.
Andri Yoshana / YD1IEG / Sukabumi / Jawa Barat.
October 4, 2009 at 7:25 pm
YD1CHS
Dear OM Andri Yohana YD1IEG,
Selamat OM, oh yaa, tentang antenna COBRA saya juga tuliskan di blog ini sesuai dengan amanat OM YB0KO untuk disebarluaskan “gethok-tularkan”.
Yaaa, bagi homebrewer memang yang paling penting adalah safety first, jangan sampai kita ceroboh sehingga mengancam nyawa.
OK, sekali lagi selamat … dan have a nice day.
Regards
YD1CHS
October 4, 2009 at 7:28 pm
YD1CHS
Dear OM Andri Yohana YD1IEG,
Ada yang lupa, mungkin antenna yang OM pakai saat ini memiliki angle radiation rendah, sehingga cocok untuk komunikasi DX, terbukti OM lebih banyak contact dengan stasiun dari luar kota, sementara dalam kota relatif kecil penerimaannya.
Demikian, regards de YD1CHS
October 4, 2009 at 7:43 pm
YD1CHS
Dear OM Andri Yohana YD1IEG,
Menarik pengalaman pembuatan antenna satu sayap sepanjang 12 meter dengan loading coil. Satu pertanyaan OM Andri, feedpoint (kabel inner) pastinya dihubungkan di titik antenna yang 12 meter yaa, lalu kabel serabut ground dihubungkan kemana OM? apakah diperlukan counterpoise, atau kabel lain yang ditaruh diatas tanah.
Thanks sebelumnya, YD1CHS
October 12, 2009 at 2:50 pm
HEM
saya kesulitan utk cari varco logam untuk power diatas 100watt. yg ada diembat 80 watt aja dah nyepret. barangkali OM YD1CHS ada info buat varco logam utk diatas 100wat ini?
makasih
October 12, 2009 at 3:03 pm
YD1CHS
Dear OM HEM,
Memang varco logam dengan jarak sirip cukup lebar sehingga bisa dilewati power gedhe agak susah dicari sekarang, saya kebetulan mendapatkan varco logam ini dari Pasar Genteng Kali Surabaya, saya sempat beli 4 buah 4 gang masing-masing gang 250pF, jadi total 1000pF. Lalu saya juga beli 2 buah untuk radio BC (Broadcasting), bahkan pada saat masuk bandara sempat dibongkar petugas scanning … hehehe, pengalaman yang menarik.
Namun, kita bisa membuat sendiri high voltage Varco dengan komponen yang ada disekitar kita, mau berapa pF per-gang tinggal ditambahin bilahnya, ini salah satu link untuk memulai searching referensi-nya … salut dan hebat sekali para homebrewer luar sono …
silakan diklik disini http://www.eham.net/articles/5217
Regards
YD1CHS
October 13, 2009 at 9:14 am
Putut Widodo (YD3DKP)
Dear Om Colis
Wah jadi salut dengat kreatifitas homebrewer lur negeri sono ya, setelah saya lihat dan pelajari di http://www.eham.net/articles/5217. Andaikan kita2 telaten buat seperti itu, malah lebih asyik lagi. he he he…..
Putut Widodo
YD3DKP
October 13, 2009 at 9:34 am
YD1CHS
Dear OM Putut,
Benar saya salut dengan mereka, pertama idenya banyak yang diluar mind kita, kedua hasil pekerjaannya (finishing-nya) bagus, lalu satu lagi … well documented, sehingga step-step pembuatannya bisa disharing dan diikuti dengan mudah.
Sisi positif disitu yang patut ditiru, namun ada juga homebrewer disana yang juga pelit sama ilmu, misalkan saja si penemu antenna mini “RoomCap” … ia sama sekali nggak mau sharing ilmunya untuk dibuktikan oleh para HAMs, namun justru harus membelinya dengan perjanjian nggak boleh membocorkan konstruksi antenna. Banyak komentar negatif dari HAMs lain dibeberapa milist terhadap penemu antenna tersebut … sungguh menarik!!!
Regards
YD1CHS
October 14, 2009 at 8:46 am
Putut Widodo (YD3DKP)
Dear Om Colis
He he he itulah manusia om, tidak diluar negeri saja, namun dinegeri kita tercinta juga masih banyak yang tertutup. Dan dengan hal tersebut (sikap tertutup) kadang akan membuat kita ketinggalan dan tidak tau kekurangan karya kita, karena gak ada kritik dan saran dari rekan. Kalo kita seneng sharing dan diskusi tentang pengetahuan kita tentang Radio dan elektronika maka kita dapat disebut AR (Amatir Radio), tapi kalo gak disharingkan alias tertutup alias pelit alias untuk kepentingan bisnis, maka bukan AR namanya tapi BR (Bisnis Radio) ha ha ha ha…… maaf om, semoga rekan2 dapat berbagi disini. Kalo memang bisa disharing mengapa tidak ???
Happy selalu…
Putut Widodo
YD3DKP
October 14, 2009 at 12:43 pm
YD1CHS
Dear OM Putut,
Mantap abis dech … hehehehehehe
Regards
YD1CHS
October 25, 2009 at 2:56 pm
Andri Yoshana
Om cholis maaf ada pertanyaan om yang belum saya jawab, antenna satu sayap yang cuma 12 meter menggunakan loading coils 80 uH pada posisi ke 10 m, grounding nya saya hubungkan ke pipa besi tiang penyangganya. idealnya sich dua sayap tetapi kondisi tidak memungkinkan.
btw saya sudah lepas lagi dan masing memperbaiki kinerja antenna VK3CAE’s 80M Loaded Dipole. ya masih untuk jarak dekat he..he…
OH iya di pasar elektronik cikapundung bagian barat, varco besi untuk Z matcher masih bisa didapatkan. saya lupa tokonya tetapi lantai dua. Hanya ingat yang jualnya ibu-ibu yang sudah sepuh pakai kerudung.
terima kasih
October 25, 2009 at 3:20 pm
YD1CHS
Dear OM Andri,
Thanks infonya, kalau saya masih punya sepasang masing-masing 4 gang, mungkin dalam waktu dekat akan saya sulap juga untuk Z Matcher untuk RIG satunya, biar perlu pindah-pindah Z Matcher … hehehe, mantap kalau gitu, mudah-mudahan rekans yang mau membuat dan sedang mencari Varco Logam tersebut bisa terbantu dengan informasi OM.
Regards
YD1CHS
November 30, 2009 at 4:15 pm
Dedi Suhendi
Dear Om Cholis, homebrewer sejati..
Saya pendatang baru di dunia AR dan tgl 6 Nov 2009 nanti rencana mau ikut ujian Siaga..mudah2 an lulus….
Saya tertarik dengan tulisan Z Matcher ATU yang anda buat,untuk itu saya sudah siapkan berbagai komponen yg diperlukan.Berkenaan dengan itu ada beberapa pertanyaan al :
1. Varco saya kap 500 Pf (2 Gang),apakah 2 gang nya tsb digunakan atau salah satu gang terutama untuk C1 ? Kalo yg C2 nya 2 gang nya dipake??
2. Di skema Z Match ATU Switch ada satu (S1) yaitu untuk pemindahan saluran input antena Balance/Un-Balance, tapi di foto Z Match ATU yg jadi kok ada 2 bh switch, bagaimana cara sambungan perkabelannya? mohon penjelalasan yang detail.
3. Bagaimana cara koneksi dari Z-Match ATU ke SWR meter, bila disatukan dalam satu box seperti yg anda buat?
4. Cara melilit induktor di koker PVC L1 da L2 apakah searah jarum jam atau gimana?? trus lilitan L2 ditumpangkan di atas lilitan L1 gimana caranya??
Sekian dulu beberapa hal yang masih jadi ganjalan untuk memulai praktek,sampe saat ini saya trus baca itu artikel berulang-ulang supaya ngerti..
Saya ucapkan terima kasih atas perhatiannya,semoga anda sehat slalu dan kreatif trus dengan ide2 segarnya di bidang AR..
Wasalam,
Dedi Suhendi
November 30, 2009 at 6:53 pm
YD1CHS
Dear OM Dedi Suhendi,
Ooo … saya masih taraf belajar OM, jadi kita sharing knowledge bersama disini … 🙂
Mudah-mudahan OM diberi kemudahan dan kelancaran dalam ujian AR nanti, sebagai seorang warga negara yang patuh hukum, IAR adalah wajib bagi kita yang menggunakan slot frekuensi dan bekerja didalamnya.
OK, lets discuss about Z-Matcher:
1. Untuk C1 silakan digunakan keduanya, yaitu diparalel dan diaktifkan dengan saklar tambahan (tidak tergambarkan pada schematic). Pada band-band tertentu (low band), C1 butuh nilai lebih dari 1 gang saja untuk membuatnya match SWR 1:1.
Dalam implementasi milik saya, saya bahkan menggunakan 3 (tiga) gang varco saya, namun saya aktifkan dengan menggunakan switch 3 posisi, yaitu posisi 1: 250pF, posisi 2: 500pF dan posisi 3: 750pF. Switch ini tidak digambarkan pada schematic, improvisasi kita dan disesuaikan dengan kebutuhan kita secara custom.
Sementara itu untuk C2, secara default 2 gang-nya dipakai semuanya. Pada kondisi band-band bawah, biasanya nilai C2 ini butuh lebih besar dari hanya 2 gang saja. Implementasi saya, saya menambahkan 2 gang lainnya dengan diaktifkan switch, jadi untuk C2 total 4 (empat) gang saya gunakan.
Harap menjadi perhatian, bahwa C1 dan C2 dianjurkan menggunakan Varco dengan jarak spasi antar bilah kapasitor lebih besar dari 2.5mm, terutama bila akan digunakan untuk operasi QRO (Daya diatas 10W). Dengan Varco standar radio penerima Broadcasting yang jarak antar bilahnya cukup rapat, maka daya QRO maka kemungkinan bisa menimbulkan percikan arus (kembang api), jadi please be carefull …
Dalam implementasi saya, saya menggunakan Varco 4 gang masing-masing gang dengan kapasitansi maksimum adalah 250pF, sehingga totalnya adalah 1000pF, dan jarak spasi bilah cukup lebar. Pengalaman pemakaian daya sekitar 100W, tidak ada tanda percikan api. So far so good.
2. Kalau yang dimaksud adalah swicth di rear panel, benar memang ada 2 buah, yang bagian tengah dipakai untuk memindahkan antara beban balanced dan bebang un-balanced, sementara switch dipinggir saya fungsikan untuk mengaktifkan QRP SWR pada saat tunning, dan pada saat operasi SWR saya non-aktifkan.
Jadi switch pengaktifan QRP SWR yang tidak tertera dalam rangkaian Z-Matcher. Penambahan QRP SWR ini merupakan optional, bukanlah suatu keharusan, sebab OM bisa menempatkan SWR Meter terpisah, yang ditempatkan tepat setelah RIG dan sebelum Z-Matcher. Penambahan ini hanya untuk kemudahan operasional saya saja.
3. Cara penyabungan SWR Meter bila disatukan dalam satu Box Z-Matcher?
Perlu diketahui ada 2 macam SWR Meter berdasarkan sifat directional couplernya. Yang pertama adalah SWR meter dengan directional coupler induksi, misalkan dengan menggunakan PCB Directional Coupler, Toroidal Directional Coupler atau Coaxial Directional Coupler. SWR dengan directional coupler seperti ini bisa digunakan baik saat OFF-Air ataupun ON-Air, sehingga bisa langsung dipasang tepat sebelum rangkaian Input Z-Matcher.
SWR dengan directional coupler jempatan resistif, seperti yang saya gunakan disini. SWR meter ini hanya dapat dilalui arus dengan power QRP (<10Watt) saja, sehingga tidak dapat digunakan saat ON-Air. Digunakan cukup saat OFF-Air dengan power kecil (QRP), untuk keperluan tunning saja, dan diaktifkan dengan sebuah switch, seperti yang saya sampaikan diatas.
4. Cara Melilit L
Silakan OM buka lagi, terusan tulisan saya di blog ini juga dengan judul "My Finished Homebrew Z Matcher", dimana dijelaskan cara melilit dan mulai dari mana melilitnya. Sebab berdasarkan eksperimen saya, bila penentuan titik cold end lilitan salah, maka hasilnya kurang sempurna.
OK, nggak perlu ragu-ragu, langsung dicoba saja, namun tetap hati-hati dan waspada, RF is HOT, jangan sampai tangan atau anggota badan kita terselomot RF, sangat ber-BAHAYA …
Have a nice day es best 73 de YD1CHS
December 1, 2009 at 8:45 am
Dedi Suhendi
Dear OM Cholis YD1CHS..
Salut buat anda yang terus berkarya & berexperiment di AR semoga sehat slalu..
Om, kebetulan saya punya 2 buah Varco 2 gang (Total Kap.500 Pf) ex Radio Jadul yang kalo di ukur jarak antar bilah kepingannya kurang dari 2,5mm, gimana bisa dipakai nggak ??
Trus mohon info referensi di toko Cikapundung sebelah mana yang masih jual Varco besi yang dimaksud?? Atau kalo Om masih punya cadangan yang nganggur,gimana kalo saya beli??? he..he..he
Om, kalo frequency counter yang sudah jadi bikinan anda berapa harganya kalo mau saya beli?? he he.. males bikinnya maaf
Sekian dulu mohon pencerahannya,
Wasalam,
Dedi Suhendi (dedis@inti.co.id)
December 1, 2009 at 7:15 pm
YD1CHS
Dear OM Dedi Suhendi,
Thanks atas doanya, semoga demikian juga OM bersam Keluarga juga tetap sehat wal afiat.
Untuk varco yang jaraknya kurang dari 2.5mm tetap masih bisa dipakai, dicoba saja, berapa power maksimum dia, mudah-mudahan bisa aman-aman saja sampai 100W sesuai dengan power maksimum YD.
Kalau di Cikapundung salah satu rekan pernah sharing disini, yaitu ancer-ancer lokasinya adalah di Pasar Cikapundung sayap kiri (campur sama kios-kios amplifier), ada diujung dan tokonya dijaga oleh Ibu-ibu sudah sepuh.
Saya mendapatkan varco saya di Pasar Genteng Kali Surabaya dengan harga sangat miring saat itu. Saya kebetulan ada 2 lagi, namun sudah saya posisikan untuk membuat Z-Matcher kedua saya, untuk RIG saya yang lain, supaya nggak ribut saat operasional.
Di Bandung banyak yang jual frekuensi counter buatan China, waktu itu saya beli kondisi baru dari salah satu Rekan AR dengan harga cuman 500-ribu bisa ngukur sampai 2GHz. Di iklan bekas.com banyak yang jual kondisi baru. Coba OM searching.
OK, have a nice day TU.
Best 73 de YD1CHS
December 4, 2009 at 2:59 pm
Dedi Suhendi
Dear YD1CHS, Om Cholis yang setia di experiment AR-nya..
Om, sorry mau tanya lagi nich maklum lagi semangat mau mengudara lagi nih …
1. Antena Windom yang telah anda coba itu panjang sisi L1 dan L2 nya berapa meter ? sesuai dengan rumus yang anda pakai.
Bagaimana pengertian panjang antena yang 1 lambda, 1/2 lambda,1/4 lambda untuk aplikasi di freq HF bagaimana formula nya untuk menghitung panjang antena, al. wire open dipole,inverted V,sloper,Windom?
2. Besar diameter kawat email L1 dan L2 di homebrew Z-matcher, saya pakai diameter kawat untuk L1= 1,8mm dan L2= diameter 2.1mm,karena yang dia 2mm nggak ada di Cikapundung. atau L1 dan L2 diameter kawat yang dipakai boleh sama besar?
3. Mohon konfirmasinya apa benar susunan perangkat saya seperti ini:
Transceiver–>Z-Matcher–>SWR–>Antenna..
Sekian dulu om terima kasih atas waktunya untuk menjawab pertanyaanku ini,smoga nggak bosen2 nya ditanya.
Wasalam,
Dedi Suhendi (dedis@inti.co.id)
December 4, 2009 at 4:19 pm
YD1CHS
Dear OM Dedi Suhendi,
1. L1 dan L2 Windom Antenna ??
Anggap L1 adalah radiator pendek, dan L2 radiator panjang. Rasio keduanya adalah L2:L1 = 64%:36%. Sementara itu total panjang keseluruhan radiator L = L1 + L2.
Misal kalau frekuensi terendah dipilih adalah 3.5MHz persis kayak antenna yang saya buat, maka L = 300*0.95/3.5/2 (L adalah 1/2 lambda frekuensi tersebut, 0.95 adalah faktor koreksi cepat rambat geleombang electromagnetic di kawat/ radiator antenna).
Untuk 3.5MHz, kita dapat L = 40.7 Meter, maka L2 = 64% * 40.7 = 26 meter dan L1 = 36% * 40.7 = 14.7 meter. Namun pada saat pertama kali jangan langsung potong seperti itu, tapi ditambahin sedikit untuk keperluan tuning.
2. Antenna 1 lambda, 1/2 lambda dan 1/4 lambda artinya antenna tersebut memiliki panjang keseluruhan sesuai dengan kelipatannya 1, 1/2 atau 1/4 lambda (panjang gelombang frekuensi kerja). Untuk mendapatkan lambda (panjang gelombang) dengan rumus 300/f(MHz), itu adalah 1 lambda sebuah frekuensi f dalam MHz. Namun, dimana angka 300 adalah sebenarnya 3 x 10e8 m/det, yaitu cepat rambat gelombang electromagnetic di free space. Kalau disebuah kawat atau radiator antenna biasanya dikoreksi menjadi 95%-nya.
Dari semua panjang diatas paling banyak dipakai adalah 1/4 lambda karena bbrp sebab, efisiensinya sudah cukup bagus, impedansi mendekati 50 Ohm, ukurannya cukup kecil.
Rumus antenna open wire dipole 1/4 lambda = 300 * 0.95 / f(MHz) / 2
Sama dengan Inverted V, Sloper, sementara Windom lihat penjelasan yang diatas.
3. Susunan yang benar adalah: Transceiver -> SWR Meter -> Z-Matcher -> Antenna.
Semoga menambah wawasan kita. Best 73 de YD1CHS.
December 5, 2009 at 1:35 pm
Dedi Suhendi
Dear OM Cholis, YD1CHS..
Hatur nuhun pisan… atas pencerahannya di teknik radio ini smoga anda semakin setia dengan experiment homebrew nya AR dan ditunggu slalu untuk ide2 nya ntar saya nyontek he he he… karena bisanya cuma niru nih om sory,…. oh ya besok tgl 6 Des’09 di BPI aku ikut ujian Amatir Radio masuk lokal Cibeunying doa in mudah2 an lulus, ntar kalo sudah dapat call sign saya mau cari om di frekwensi biar kita bisa QSO.
Sekian terima kasih.
Wasalam,
Dedi Suhendi (dedis@inti.co.id)
December 7, 2009 at 7:12 am
YD1CHS
Dear OM Dedi Suhendi,
Mudah-mudahan testnya OK, dan saya tunggu di Band.
Regards
YD1CHS
December 17, 2009 at 2:57 pm
iwan
kalau suda memakai zmac memakai varco 2gang 2x loding bekas tempat filem kawat 1mm.di80m pakai antena dipole rotary neon di Zm tidak nyala dengan raning 100w berati rf diatas,posisi tidak mecing neon nyala
December 18, 2009 at 1:44 pm
YD1CHS
Dear OM Iwan,
Saya blum pernah mencoba teknik tersebut … hehehe
Regards
YD1CHS
December 30, 2009 at 11:17 pm
andri(yd2wrg)
om cholis,sy tinggal di yogya dan kesulitan untuk cari varco besi untuk buat tuner.apakah om kholis bisa bantu sy untuk dapat varco tersebut..trus kalo om cholis punya skema antenna cb(27 Mhz),seperti sigma4 ataupun model yang lain,saya tolong di bagi dong…thnks ya om cholis…73..88
January 6, 2010 at 3:36 am
sugiyanto,S.pd,M.Pd
bos untuk antena kobra diberi skema yang mendetail
January 8, 2010 at 8:24 am
YD1CHS
Dear OM Andri (YD2WRG),
Sorry agak lama replay-nya, ada kesibukan belakangan ini … mudah-mudahan OM maklum.
Varco besi ini bisa diperoleh dipasar loak OM, saya juga dapat second hand di Pasar Genteng Surabaya, bukan di Bandung … hehehe. Namun, varco ini juga bisa dibuat sendiri, ada website bagus yang membahas step-by-step pembuatan varco dari aluminium, silakan merefer disini http://www.eham.net/articles/5217
Kalau skema antenna Sigma-4 saya nggak punya OM, namun manual konstruksinya ada, sayangnya disitu tidak ditampilkan dimensi dari antenna bersangkutan. Untuk 27MHz OM inginkan yang omnidirectional atau yang directional, kalau untuk directional kayaknya perlu OM coba Bambi Antenna (1 el Wire Quad Beam) atau Spider Beam (3 el Wire Folded Yagi Beam), Monobander Spider Beam biasa disebut Skypper.
Silakan lihat beberapa referensi di bawah :
http://www.spiderbeam.com/
Click to access skypper-vs-bamby.pdf
Have a nice day,
Regards – YD1CHS
January 8, 2010 at 10:59 am
YD1CHS
Dear OM Sugiyanto, S.Pd., M.Pd.,
Cobra antenna silakan lihat di http://www.nonstopsystems.com/radio/frank_radio_cobra.pdf
Regards
Cholis – YD1CHS
January 27, 2010 at 3:59 pm
dedy ariefijanto
Mas, salam kenal. Kalau untuk pemancar tabung 80 meteran yang jaman dulu, biasanya kan pakai PI section di final nya.
Apa bisa digabungkan, maksudnya pemancar dengan final memakai PI section, terus disambung SWR dan disambung dengan Z Matcher, baru ke antena (saya gunakan dipole 2 x 18 meter, feed RG 58)?
Atau cukup salah satunya saja?
Varco yang home made dari sumber di atas saya sudah coba buat, dan hasilnya bagus, kebetulan saya orang bengkel, jadi saya sempat bikin matresnya untuk stator, jadi tinggal gunting rotornya.
Saya sudah coba yang Spasi rotornya 6 mm dan 10 mm.
Terinspirasi tulisan Anda, saya juga sudah mencoba membuat LC meter yang Version 2, dan hasilnya sangat bermanfaat, hanya saya masih kesulitan mencari reed relay yang dimaksud, kalau ada gambarnya boleh tolong di e mail ya Mas (reed relay yang sekarang saya pakai, tidak meng ‘nol’ kan angka awal pada saat LC meter dinyalakan, harus selalu menekan tombol Cal/kalibrasi), apa memang begitu atau ada masalah dengan reed relay nya?
Terimakasih,salam (YD 1 DAJ)
January 27, 2010 at 4:10 pm
dedy ariefijanto
Nambah info untuk yang Varco home made, saya gabung dengan yang dari sumber ‘www.instuctables.com’ jadi bentuknya lebih mantes, statornya dibentuk bulat, dengan dua tonjolan untuk lubang baut .
Saya bulatkan ukuran ke metrik, dengan diameter 80 mm, terus spacernya saya bubut dari bahan alumunium, bukan pakai mur.
Semoga sharingnya bermanfaat.
Terimakasih, salam (YD 1 DAJ)
January 29, 2010 at 6:37 am
YD1CHS
Dear OM Dedy Ariefijanto YD1DAJ,
Pemancar TX 80M Jaduh dengan PHI Section pada dasarnya bisa digunakan bersama dengan SWR Meter dan Z-Matcher, namun sejauh yang saya tahu, PHI Section tersebut sebenarnya adalah sebuah rangkaian antenna matcher juga, jadi bila digabungkan dengan Z-Matcher saya kira tidak akan efisien lagi power yang keluar, sebab ada 2 buah serial antenna matcher disana.
Z-Matcher ini didesain untuk TRX saat ini yang memiliki impedansi output 50Ohm, dia akan mampu memproyeksikan impedansi hampir berapapun menjadi seakan-akan 50Ohm.
Jadi, IMHO: demi memenuhi aspek efisiensi, pilih salah satu saja OM, PHI atau Z-Matcher … yang jelas plus SWR untuk live monitoring …
Untuk rangkaian LC meter, IMHO: penyebab nilai awal tidak selalu nol saya kira bukan akibat reed-relay OM, ini mungkin akibat induktansi parasitik yang terjadi dari koneksi yang kurang pendek, solderan yang kurang sempurna, serta perkabelan dan peletakan circuit yang belum maksimum. Sehingga meter merepresentasikan kondisi ini dengan sebuah nilai L atau C tertentu. Reed-Relay adalah sama dengan relay-relay biasa yang banyak dijumpai dipasaran, ia tidak memiliki sebuah fungsi khusus, sama persis dengan relay kebanyakan. Bedanya, ia ukurannya kecil dan hanya membutuhkan arus yang sangat kecil untuk mengaktifkan switch-nya. Reed-relay disini sengaja dipilih, karena ia didrive langsung dari pin IC PIC tanpa rangkaian tambahan, dalam rangka minimisasi jumlah komponen dan ukuran circuit LC meter tersebut. Karena arus yang keluar dari pin IC PIC sangat kecil (orde mA) tegangan 5V, maka kita tidak boleh membebaninya dengan komponen atau relay dengan kebutuhan arus yang lebih besar dari spesifikasi IC, so that dipilihlah relay ini. OM bisa menambahkan rangkaian tambahan (sebuah transistor, dan 2 buah resistor) untuk mendrive relay biasa pada rangkaian ini, bila kesulitan menemukan reed-relay.
Demikian, have a nice day.
Best Regards
YD1CHS – Cholis Safrudin
February 1, 2010 at 11:14 am
Imam M
OM Cholish,
Masih seputaran Z-matcher. Sdh saya baca tuntas uraian anda. Tapi masih ada ganjalan dikit nih. Cara melilit air core coil…disebutkan titik cold endnya hrs bener. Saya lihat di gambar titik “F” (lilitan sekunder) adalah berada sejajar dgn ttk “A” (primer). Untuk primer ttk “A” ke ground, untuk sekunder yg ke ground ttk “E” kan (meskipun yg sejajar ttk A adalah ttk F)? Arah lilitan ada pengaruh apa tdk?
TQ
February 1, 2010 at 12:00 pm
YD1CHS
Dear OM Imam M,
Ada tulisan lanjutannya OM, disini saya berikan foto bagaimana coil udara maupun coil toroid dibuat, dan titik cold end-nya yang mana, … silakan lihat disini https://yd1chs.wordpress.com/2009/10/18/my-finished-homebrew-z-matcher/
Masalah arah putaran lilitan bebas OM, bisa clockwise atau counter-clockwise.
Demikian, YD1CHS
February 3, 2010 at 10:00 am
Sodikin
To: OM Cholis, YD1CHS
Salam kenal,
Saya sekarang senang coba-coba antena dan antena tuner, namun jenis Z-matcher sangat simpel, praktis dan mudah men-tune-nya. Saya masih mencoba untuk hf jalum am. Ternyata luar biasa, baik receive dan transmittnya.
Saya senang dengan deskriptif Z-matcher yang Om Cholis rancang. Sebelumnya saya udah buat, namun dengan narasi yang dibuat Om Cholis, jadi menambah gambaran untuk menyempurnakan rangkaian Z-Matcer yang dibuat.
Terima kasih atas share ilmunya.
By: Sodikin (Odik) Tegal, JAwa Tengah.
February 7, 2010 at 12:03 am
YD1CHS
Dear OM Sodikin,
Salam kenal juga OM, Syukur kalau tulisan saya dapat berguna …
Regards
Cholis YD1CHS
February 12, 2010 at 8:54 am
dedy ariefijanto
mas Cholis, boleh tolong minta alamat dan nomor kontaknya (HP atau PSTN), kebetulan saya di bandung, jadi bisa main sekalian kalau mau nanya, tolong kirim ke e- mail saya ya Mas, ariefijanto@yahoo.com.
nuhun
May 12, 2010 at 2:47 pm
agustomank
Salam kenal bwat yg punya blog dan teman2 lain, dulu aku lokal 80 mtr jakarta Barat, Buat Sodikin (odik) kalau memang dulu lokal jakarta barat mampir di blogku dengan mengklik nama agustomank oke
August 3, 2010 at 10:21 pm
andri yoshana
FYI
Buat rekan-rekan bandung yang kesulitan varco besi bisa cari di jalan astana anyar sampai lapang tegalega…
Kemarin saya sempat nemu di samping pasar anyar radio philips sw – am band dia nawarin murah 40.000 masih jalan tetapi karena harus beli satu paket alias ga bisa dijual varconya saja he… he… ga jadi beli
karena disana varco besi masih gabung ama radionya.
kalau jalan-jalan ke sukabumi di sana toko radio lama masih banyak menjual dengan harga 10.000 di toko elektronik lama samping stasiun kota sukabumi. termasuk cable TV 300 ohm.
…. itu om-om di bandung, bogor, sukabumi
August 7, 2010 at 10:10 pm
YD1CHS
Dear OM Andri,
Hehehe … varco besi saya semuanya saya peroleh di Pasar Genteng Surabaya, waktu masih ada spare varco second, …
Oh yaa, untuk bisa sampai QRO coba cari jarak sirip varconya cukup renggang, untuk menghindari loncatan/ percikan api … khawatir bisa jadi biang kebakaran … hehehe
Regards,
Cholis Safrudin
November 9, 2010 at 7:54 am
Syafruddin
Salam kenal mas Cholis
Saya mau nanya,kalau kita kagi bikin bagian oscilator,Dan untuk mengetahui oscilator yang kita bikin sudah bagus atau belum gimana caranya ya……?
kebetulan saya mau bikin lagi untuk di AM 80m band….
Trim sebelumnya
April 21, 2011 at 3:57 pm
Diki Widarta
Salut Mas, ekperiment-nya, sebagai inspirasi saja seperti ATU di pesawat terbang kita menyebutnya ACU (Antenna Coupler Unit), Unit ini dibangun oleh beberapa inductor dan capasitor kecil2, dipilih oleh beberapa relay, relay dikendalikan oleh microcontroller.
Yang menarik bagi saya ACU ini dapat me-match-kan antena fixed boom panjang kurang dari 2 meter, dengan frekwensi 2,9 MHz hingga 29,9 MHz.
ACU ini ditempatkan di ujung antenna, dia hanya dapat masukan RF Signal dari output Transmitter saja, miicrocontroller akan mendeteksi VSWR kemudia dia memilih inductor dan capacitor.
Terus berexperiman !!!
September 25, 2012 at 4:25 pm
yan haryono
Asslm….buat smua, kl boleh nanya ATU ini range kerja nya sampai brp MHZ ya,,,????
September 25, 2012 at 4:41 pm
YD1CHS
Dipakai HF aja OM … 🙂
________________________________